MAKALAH
KOMPLIKASI DAN PENYULIT KEHAMILAN TRIMESTER I DAN II
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
Dosen Pengampu : Mardiyana , SSIT, S.pd
Di Susun Oleh :
1. Dyah Sinta Dewi (11.02.017)
2. Munis Tamah (11.02.030)
3. Nurul Hidayatus S (11.02.034)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Latar belakang dari pembuatana makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas kuliah dan sebagai wawasan bagi kami didalam melakukan deteksi
dini pada ibu hamil dengan hiperemesis.
B.
Tujuan penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai sarana
pembelajaran bagi kami agar lebih memahami konsep pembelajaran asuhan yang
diberikan kepada ibu hamil, ibu bersalin, dan ibu nifas, dengan cara di atas
diharapkan kita sebagai seorang perawat dapat memberikan penatalaksanaan secara
dini terhadap komplikasi dan penyulit tersebut.
C.
Sistematika Penulisan
Dalam
penulisan tugas makalah ini, terdiri dari :
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Landasan teori
Bab III
: Asuhan Kebidanan
Bab IV
; Kesimpulan
BAB II
TINJAUAN
TEORITIS HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A.
Pengertian
Hiperemesis Gravidarum adalah seorang ibu yang memuntahkan
segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badan sangat turun, turgor
kulit kurang, diurese kurang dan timbul aceton dalam air kencing (Bagian
Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung,
edisi1984).
Hiperemesis
Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya menjadi buruk karena
terjadi dehidrasi (Rustam Mochtar, 1998).
Hiperemesis
Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nousea dan vomitus dalam
kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga menjadi efek sistemik,
dehidrasi dan penurunan berat badan
(Ben-Zion, MD, Hal:232).
Hiperemesis
Gravidarum diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama
kehamilan (Hellen Farrer, 1999, hal:112).
Hiperemesis
Gravidarum atau muntah pernisiosa adalah mual dan muntah yang berlebihan yang
menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, penurunan berat badan yang
nyata, asetonuria, dan kekurangan nutrisi. Walaupun mual dan muntah ringan
antara minggu ke 5 dan minggu ke 12 dialami 50% sampai 80% wanita hamil
Hiperemesis Gravidarum terjadi hanya pada rata-rata 1% sampai 2% kehamilan
(Blackburn et al., 1992).
B.
Etiologi
Penyebab
hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi kejadian adalah
2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan (Rustam
Mochtar, 1998).
- Umumnya terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan ganda akibat peningkatan kadar HCG
- Faktor organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan–perubahan ini serta adanya alergi yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
- Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
- Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.
Pada tubuh wanita yang hamil terjadi perubahan-perubahan
yang cukup besar yang mungkin merusak keseimbangan di dalam badan. Misalnya
saja yang dapat menyebabkan mual dan muntah ialah masuknya bagian- bagian
villus ke dalam peredaran darah ibu, perubahan endokrin misalnya hypofungsi
cortex g1 suprarenalis, perubahan metabolik dan kurangnya pergerakan lambung.
Tetapi bagaimana reaksi seorang wanita terhadap kejadian-kejadian
tersebut diatas, tergantung pada kekuatan jiwanya dan bagaimana penerimaan ibu
itu terhadap kehamilannya.
Pada Hyperemesis yang berat dapat diketemukan necrose
dibagian central lobulus hati atau degenerasi lemak pada hati. Kelainan ini
disebabkan oleh kelaparan bukan oleh adanya toxsin-toxsin.
Mungkin juga terdapat kelainan degeneratif pada ginjal,
kadang- kadang ada polyneuritis akibat kekurangan vit B karena muntah.
C.
Patologi
Pada otopsi wanita
meninggal karena Hiperemesis gravidarum
diperoleh keterangan bahwa terjadinya kelainan pada organ-organ tubuh adalah
sebagai berikut:
a. Hepar : pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak
sentrilobuler tanpa nekrosis
b. Jantung : jantung atrofi, menjadi lebih kecil dari biasa. Kadang kala
dijumpai perdarahan sub-endokardial
c. Otak : terdapat bercak-bercak perdarahan otak dan kelainan seperti
pada ensepalopati wirnicke
d. Ginjal : ginjal tampak pucat dan degenerasi lemak dapat ditemukan pada
tubuli kontorti
D.
Patofisilogi
Perasaan mual
adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada
trimester I. bila perasaan terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi
lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam
aseto-asetik, asam hidroksida butirik dan aseton darah. Muntah menyebabkan
dehidrasi, sehingga caira ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu dehidrasai
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal
ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkuang pula
tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Disamping dehidrasi dan gangguan keseimbangan
elektrolit. Disamping dehidraasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat
terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (sindroma
mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
E.
Faktor
alergi
|
Peningkatan
estrogen
|
Faktor
predisposisi
|
Hiperemesis gravidarum
|
Penurunan
pengossongan lambung
|
Peningkatan
tekanan gaster
|
Emesis
gravidarum
|
Penyesuaian
|
Komplikasi
|
Intake
nutrisi menurun
|
Kehilangan
cairan berlebih
|
Dehidrasi
|
Gangguan
nutrisi kebutuhan tubuh
|
Pengeluaran
nutrisi berlebihan
|
hemokonsentrasi
|
Cairan
eksta seluler dan plasma
|
Aliran
darah ke jaringan menurun
|
Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit
|
Metabolisme
intra sel menurun
|
Perfusi
jaringan otak
|
Penurunan
kesadaran
|
Otot
lemah
|
Intoleransi
aktifitas
|
Kelemahan
tubuh
|
F.
Tanda dan Gejala
Gejala – gejala yang khas yaitu :
·
Muntah yang hebat
·
Haus
·
Dehydrasi (exsikkose)
·
Foestor ex ore
·
Berat badan turun
·
Keadaan umum mundur
·
Kenaikan suhu
·
Icterus
·
Gangguan cerebral (
·
Laboratorium : protein, aceton, urobilinogen, porphyrin,
dalam urinebertambah, silinder +.
Batas mual dan
muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada kesepakatan.
Ada yang mengatakan bila lebih dari sepuluh kali muntah. Akan tetapi apabila
keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Menurut
berat ringannya gejala dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
1.
Tingkatan I
(ringan)
·
Mual muntah
terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita
·
Ibu merasa lemah
·
Nafsu makan tidak
ada
·
Berat badan menurun
·
Merasa nyeri pada
epigastrium
·
Nadi meningkat
sekitar 100 per menit
·
Tekanan darah
menurun
·
Turgor kulit
berkurang
·
Lidah mongering
·
Mata cekung
2.
Tingkatan II (sendang)
·
Penderita tampak
lebih lemah dan apatis
·
Turgor kulit mulai
jelek
·
Lidah mengering dan
tampak kotor
·
Nadi kecil dan
cepat
·
Suhu badan naik
(dehidrasi)
·
Mata mulai ikterik
·
Berat badan turun
dan mata cekung
·
Tensi turun,
hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi
·
Aseton tercium dari
hawa pernafasan dan terjadi asetonuria.
3.
Tingkatan III
(berat)
·
Keadaan umum lebih
parah (kesadaran menurun dari somnolen sampai koma)
·
Dehidrasi hebat
·
Nadi kecil, cepat
dan halus
·
Suhu badan
meningkat dan tensi turun
·
Terjadi komplikasi
fatal pada susunan saraf yang dikenal dengan enselopati wernicke dengan gejala
nistagmus, diplopia dan penurunan mental
·
Timbul ikterus yang
menunjukkan adanya payah hati.
G.
Pemeriksaan
Ketika seorang
wanita dating dengan keluhan mual dan muntah , riwayat berikut harus dikaji
untuk membantu membedakan antara mual dan muntah akibat kehamulan atau kondisi
patologis ini.
1.
Riwayat
a.
Frekuensi muntah
b.
Hubungan muntah dengan asupan makanan ( jenis dan jumlah )
c.
Riwayat pola makan ( jenis makanan dan minuman , jumlah,
waktu pemberian, dan reaksinya)
d.
Riwayat pengobatan ( termasuk reaksi obat)
e.
Riwayat gangguan makan
f.
Riwayat diabetes
g.
Pembedahan abdomen sebelumnya.
h.
Frekuensi istirahat
i.
Kecemasan dalam kehamilan
j.
Dukungan keluarga
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Berat badan ( dan hubungannya dengan berat badan sebelumnya)
b.
Suhu badan , denyut nadi, dan pernafasan
c.
Turgor kulit
d.
Kelembapan membrane mukosa
e.
Kondisi lidah ( bengkak, kering, pecah-pecah)
f.
Palpasi abdomen untuk melihat pembesaran organ , dan nyeri
tekan.
g.
Pengkajian pertumbuhan janin.
3.
Laboratorium
a.
Pemeriksaan keton dalam urine
b.
Urinalis
4.
Pengkajian
Kondisi yang mengindikasikan bahwa wanita mengalami
dehidrasi meliputi turgor kulit buruk, peningkatan frekuensi nadi dan
oernapasan, penurunan pengeluaran urine.
H.
Penatalaksanaan Medis
1.
Pencegahan
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum diperlukan dengan jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologis. Hal itu dapat dilakukan dengan cara :
·
Memberikan
keyakinan bahwa mual dan muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan
muda dan akan hilang setelah kehamilan berumur 4 bulan.
·
Ibu dianjurkan
untuk mengubah pola makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi
sering.
·
Waktu bangun pagi
jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti
kering arau biskuit dengan teh hangat
·
Hindari makanan
yang berminyak dan berbau lemak
·
Makan makanan dan
minuman yang disajikan jangan terlalu panas atau terlalu dingin
·
Usahakan defekasi
teratur.
2.
Terapi obat-obatan
Apabila dengan cara
diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka diperlukan pengobatan.
·
Tidak memberikan
obat yang terotogen
·
Sedativa yang
sering diberikan adalah Phenobarbital
·
Vitamin yang sering
dianjurkan adalah vitamin B1 dan B6
·
Antihistaminika
seperti dramamine, avomine
·
Pada keadaan berat,
anti emetik seperti diklomin hidrokhoride atau khlorpromazine.
Hiperemesis gravidarum tingkatan II dan III harus dirawat
inap di rumah sakit. Adapun terapi dan perawatan yang diberikan adalah sebagai
berikut :
1.
Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara baik. Jangan terlalu banyak tamu, kalau perlu hanya perawat dan dokter saja yang boleh masuk. Catat cairan yang keluar dan masuk. Kadang-kadang isolasi dapat mengurangi atau menghilangkan gejala ini tanpa pengobatan
2.
Terapi psikologik
Berikan pengertian
bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar,normal dan fisiologik. Jadi tidak
perlu takur dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan
dan dihilangkan masalah atu konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang
penyakit ini.
3.
Terapi mental
Berikan cairan
parenteral yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5 %,
dalam cairan gram fisiologis sebanya 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat
ditambah dengan kalium dan vitamin khususnya vitamin B kompleks dn vitamin C
dan bila ada kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino esensial
secara intravena. Buat dalam daftar kontrol cairan yang amsuk dan dikeluarkan.
Berikan pula obat-obatan seperti yang telah disebutkan diatas.
4.
Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus
keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan pemeriksaan
medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan, takikardia,
ikterik, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik. Dalam keadaan
demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan. Keputusan untuk
melakukan abortus terapeutik sering sulit diambil, oleh karena disatu pihak tidak
boleh dilakukan terlalu capat dan dipihal lain tidak boleh menunggu sampai
terjadi irreversible pada organ vital.
BAB III
ASUHAN
KEBIDANAN
A.
Pengkajian
1.
Data Subjektif
Nausea dan vomitus
merupakan gejala-gejala utama. Pasien tidak dapat menahan makanan dan
kehilangan berat badan. Beberapa pasien mengeluh air liurnya
berlebihan/hipersalivasi.
Riwayat haid:
sebagian besar pasien sadar akan haid yang tidak datang dan mengetahui bahwa
mereka hamil. Tetapi kadang-kadang pasien tidak dapat memberikan informasi yang
penting ini, sehingga mengaburkan diagnosis.
2.
Data Objektif
Pemeriksaan fisik
· Pemeriksaan umum:
kulit dan membrane mukosa sering tampak kering dan turgor menurun. Pasien dapat
menjadi kurus. Vomitus yang iritatif dapat membuat erosi pada bibir dan wajah;
lidah tampak merah, kering dan pecah-pecah. Faring kering dan merah, dan
pernapaan berbau busuk dengan bau seperti buah-buahan yang khas untuk
ketoasidosis.
Takikardia dan
hipotensi dapat menunjukkan dehidrasi hipovolemia. Pada penyakit yang berat dan
berkepanjangan, aberasi mental, delirium, sakit kepala, stupor dan koma dapat
terjadi
·
Pemeriksaan abdomen: temuan ini biasanya normal, meskipun
rasa sakit dihepar dapat ditemukan
·
Pemeriksaan pelvis: uterus lunak dan membesarkan sesuai
dengan umur gestasi
Kebutuhan Dasar Khusus
·
Aktifitas istirahat
Tekanan darah
sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit).
·
Integritas ego
Konflik
interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang
kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
·
Eliminasi
Perubahan pada
konsistensi; defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan
konsentrasi urine.
·
Makanan/cairan
Mual dan muntah
yang berlebihan (4 – 8 minggu) , nyeri epigastrium, pengurangan berat badan (5
– 10 Kg), membran mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas
berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
·
Pernafasan
Frekuensi
pernapasan meningkat.
·
Keamanan
Suhu kadang naik,
badan lemah, icterus dan dapat jatuh dalam koma
·
Seksualitas
Penghentian
menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan abortus terapeutik.
·
Interaksi sosial
Perubahan status
kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon anggota keluarga yang
dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung yang
kurang.
Tes Laboratorium
·
Pemeriksaan darah lengkap dengan apusan darah: nilai
hemoglobin dan hematokrit yang meningkat menunjukkan hemokosentrasi berkaitan
dengan dehidrasi. Anemia yang mungkin merupakan konsekuensi dari mal nutrisi.
·
Urinalisis: urin biasanya hanya sedikit dan mempunyai
kosentrasi tinggi sebagai akibat dehidrasi. Aseton menunjukkan asidosis starvasi.
B.
Diagnosa Kebidanan
Berdasarkan data pengkajian, diagnosa kebidanan
yang mungkin muncul pada pasien hyperemesis gravidarum adalah meliputi :
1.
Ketidakseimbngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual-muntah
2.
Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
3.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
C.
Intervensi
1.
Ketidakseimbngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, mual-muntah
Tujuan :Dalam waktu 3x24jam setelah diberikan tindakan
pemenuhan nutrisi klien terpenuhi
Kriteria
Hasil :
·
Berat badan ideal
·
Bising usus normal
·
Membrane mukosa lembab
Intervensi :
·
Timbang dan catat berat badan pasien pada jam yang sama
setiap hari
R/ Untuk mendapatkan pembacaan yang paling akurat
·
Pantau asupan dan haluaran pasien
R/ Karena berat
badan dapat meningkat sebagai akibat dari retensi cairan
·
Kaji dan catat bising usus pasien satu kali setiap ergantian
tugas jaga
R/ Untuk memantau peningkatan dan penurunannya
·
Auskultasi dan catat suara napas pasien setiap 4 jam
R/ Untuk memantau aspirasi
2.
Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif
Tujuan dan Kriteria Hasil:
Dalam waktu 3x24 jam
·
Membrane mukosa lembab
·
CRT kurang dari 3 detik
·
TTV normal
Intervensi :
·
Pantau dan catat TTV setiap 2 jam atau sesering mungkin
sesuai keperluan sampai stabil. Kemudian pantau dan catat TTV setiap 4 jam
R/ Takikardia, dispnea, atau hipotensi dapat mengindikasikan
kekurangan volume cairan atau ketidakseimbangan elektrolit.
·
Ukur asupan dan haluaran setiap 1 sampai 4 jam. Catat dan
laporkan perubahan yang signifikan termasuk urine, feses, muntahan, drainase
luka, drainase nasogastrik, drainase slang dada, dan haluaran yang lain.
R/ Haluaran urine yang rendah dan berat jenis urine yang
tinggi mengindikasikan hipovolemia
·
Timbang pasien pada waktu yang sama setiap hari
R/ Untuk memberikan data yang lebih akurat dan konsisten.
Berat badan merupakan indicator yang baik untuk status cairan.
·
Kaji turgor kulit dan membrane mukosa mulut setiap 8 jam
R/ Untuk memeriksa dehidrasi
·
Berikan perawatan mulut dengan cermat setiap 4 jam
R/ Untuk menghindari dehidrasi membrane mukosa
·
Periksa berat jenis urin setiap 8 jam
R/ Peningkatan berat jenis urine dapat mengindikasikan
dehidrasi
3.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Tujuan
:Setelah dilakukan tindakan kebidanan selama 3x24
jam terjadi peningkatan toleransi aktivitas.
Kriteria Hasil :
·
Melaporkan dan mendemonstrasikan peningkatan aktivitas fisik
yang dapat diukur
·
Skala mobilitas 0-1
·
Skala kekuatan otot 5 (dapat melawan tahanan)
·
Klien terlihat segar
Intervensi
:
·
Kaji tingkat berfungsi pasien dengan menggunakan skala
mobilitas fungsional. Komunikasikan tingkat ini pada staf
R/ Komunikasi diantara anggota staf dapat meyakinkan kontiunitas
perawatan dan mempertahankan kemandirian
·
Kecuali dikontraindikasikan,
lakukan ROM setiap 2 sampai 4 jam. Tingkatkan dari pasif ke aktif,
sesuai toleransi pasien.
R/ Latihan ROM dapat mencegah kontraktur sendi dan atrofi
otot
·
Kaji kehilangan/gangguan keseimbangan gaya jalan, kelemahan
otot
R/ Menunjukkan perubahan neurologi karena defisiensi vitamin
B12 mempengaruhi kamanan pasien /resiko cedera
·
Awasi TD, nadi, pernapasan, selama dan sesudah aktivitas.
Catat respon terhadap tingkat aktivitas (mis. Peningkatan denyut jantung/TD,
disritmia, pusing, dispnea, takipnea, dan sebagainya)
R/ Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru
untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan
D.
Evaluasi
Hasil asuhan kebidanan yang diharapkan adalah sebagai
berikut :
·
Klien dapat menyebutkan efek Hiperemesis
Gravidarum pada hasil akhir perinatal dan terepi untuk mencegah komplikasi
·
Klien dapat
memberikan respon terhadap nutrisi oral atau perifer atau TPN dan berhenti
muntah
·
Klien dapat
memperlihatkan kenaikan berat badan yang positif
·
Pasien terhindar dari kerusakan kulit atau infeksi disekitar
pemasangan slang
·
TTV tetap stabil
·
Volume cairan tetap adekuat
·
Pasien mempunyai turgor kulit normal dan membrane mukosa
lembap
·
Berat jenis urin tetap di antara 1,005 dan 1,010
·
Pasien mempertahankan keseimbangan cairan ( asupan seimbang
dengan haluaran)
·
Pasien menyatakan peningkatan rasa nyaman
·
Membrane mukosa mulut merah muda dan lembap
·
Pasien mempertahankan kekuatan otot dan ROM sendi
·
Pasien melakukan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang
dapat ditoleransi
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis
gravidarum adalah mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umum pasien memburuk.
Penyebab
Hiperemesis gravidarum secara pasti
belum diketahui, faktor predisposisinya antara lain, peningkatan kadar HCG, faktor
organik, dan faktor endokrin lainnya, serta beberapa ahli teori telah mengjukan
bahwa hiperemesis gravidarum berkaitan dengan ambivalensi wanita dan kesulitan
menyesuaikan diri secara psikologis terhadap kehamilan dan peran menjadi ibu.
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan dehidrasi,
kekurangan energi, tertimbun zat metabolik toksik, terganggunya keseimbangan
elektrolit dan perdarahan gastrointestinal
Hiperemesis gravidarum terbagi
dalam 3 tingkatan yaitu ringan, sedang dan berat dan juga penanganan Hiperemesis gravidarum pada tahap awal adalah pencegahan
yaitu dengan memberikan konseling untuk menghadapi kehamilan dan komplikasinya
Terapi yang diberikan pada kasus Hiperemesis gravidarum adalah terapi obat-obatan, terapi
psikologik, terapi parenteral dan isolasi. Apabila keadaan tetap memburuk terminasi kehamilan perlu
dipertimbangkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Sharon J, Reeder. 2011. Kebidanan
Maternitas, Edisi 18. Jakarta: EGC.
Doenges,E,Marilynn.
2000. Rencana Asuhan Kebidanan.
Jakarta: EGC.
Babak, Lowdermik, Jensen. 2004.Buku Ajar Kebidanan Maternitas, Edisi 4. Jakarta: EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar