BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Masa
nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama
kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam
waktu 3 bulan (Yetti Anggraini, 2010 : 1). Periode pascapersalinan
meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya secara fisiologis,
emosional dan social. Baik di Negara maju maupun Negara
berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa
kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya,
oleh karena kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada
masa pascapersalinan. Semakin
meningkatnya angka kematian ibu di Indonesia pada saat nifas (sekitar 60%)
mencetuskan pembuatan program dan kebijakan teknis yang lebih baru mengenai
jadwal kunjungan masa nifas. Paling sedikit empat kali dilakukan kunjungan masa
nifas untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, juga untuk mencegah, mendeteksi,
dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Kunjungan dilakukan paling sedikit
4 kali selama ibu dalam masa nifas. Kegiatan yang dilakukan selama kunjungan
meliputi pencegahan, pendeteksian, dan penanganan masalah yang terjadi pada
masa nifas (Safrudin,
2009 : 76). Namun yang menjadi permasalahan yaitu masih banyak ibu
nifas yang tidak melakukan kunjungan
masa nifas dengan baik.
Berdasarkan Profil
Kesehatan Indonesia, cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2010 adalah 73,48%,
tahun 2011 adalah 77,65%. Walaupun cakupan pelayanan ibu nifas mengalami
peningkatan, namun masih jauh dari target cakupan kunjungan ibu nifas berdasarkan
target standar pelayanan minimal bidang kesehatan tahun 2015 adalah 90%.
Sedangkan cakupan pelayanan ibu nifas di Propinsi Jawa Timur pada tahun 2011
mencapai 94,75%, ini berarti cakupan
kunjungan ibu nifas telah memenuhi target (Depkes RI, 2012).Cakupan
pelayanan ibu nifas di Kabupaten Bojonegoro tahun 2011 adalah 97,27% (Dinkes
Bojonegoro, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari Puskesmas Sugihwaras Kabupaten
Bojonegoro pada tahun 2012, jumlah ibu nifas sebanyak 711 orang dengan cakupan
pelayanan ibu nifas mencapai 97%. Sedangkan untuk wilayah Desa Wedoro pada
tahun 2012 terdapat sebanyak 40 ibu nifas, dimana dengan cakupan pelayanan ibu
nifas mencapai 114% yaitu dari target sasaran ibu hamil 38 orang dan dengan
pelayanan ibu nifas sebanyak 40 orang.Berdasarkan survey awal yang dilakukan
peneliti di BPM Desa Wedoro Kecamatan
Sugihwaras pada bulan februari2013 terdapat sebanyak 6 ibu nifas,yaitu diperoleh 2 ibu nifas melakukan kunjungan nifas dan 4
diantaranya tidak melakukan kunjungan nifas,dimana kunjungan nifasnya yaitu dengan kunjungan
rumah pada ibu nifas.
Masa
nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini
organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya
proses kehamilan dan bersalin. Asuhan masa nifas diperlukan setelah proses
persalinan karena masa ini merupakan masa krisis baik ibu maupun bayinya. Pada masa nifas sebaiknya ibu
paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu
dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani
masalah-masalah yang terjadi (Bahiyatun, 2009 : 3).Tujuan kunjungan pada masa nifas yaitu : Untuk menilai kesehatan ibu
dan bayi baru lahir, Pencegahan terhadap kemungkinan adanya gangguan kesehatan
ibu nifas dan bayinya, Mendeteksi adanya kejadian-kejadian masa nifas, dan
Menangani berbagai masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu maupun bayi
pada masa nifas (Yetti Anggraini, 2010 :
3).Namun dalam
pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat jarang terwujud dikarenakan oleh
beberapa sebab seperti karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo S, 2007 : 144). Tinggi rendahnya
pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh karakteristik individu seperti
umur dan pendidikan.
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pengetahuan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam dan Pariani, 2001 : 132-134). Kemudian
jika dilihat dari faktor pengalaman, paritas merupakan suatu bentuk pengalaman
ibu dalam menjalani kehamilan.
Ibu yang baru
pertama kali melahirkan merupakan hal yang sangat baru sehingga termotifasi
untuk melakukan kunjungan nifas ke tenaga kesehatan untuk menanyakan perubahan
yang terjadi pada dirinya. Sebaliknya ibu yang sudah melahirkan lebih dari satu
memiliki anggapan bahwa dirinya telah berpengalaman dan telah biasa dengan
perubahan yang dialami selama masa nifas sehingga malas untuk melakukan
kunjungan ke pelayanan kesehatan (Yetti Anggraini, 2010 : 6).
Dari
gambaran masalah diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa sebenarnya angka
kematian ibu dan bayi saat kehamilan atau persalinan dapat dicegah, salah
satunya caranya melalui pemeriksaan kehamilan yang teratur sehingga dapat
dideteksi secara dini resiko-resiko tinggi pada kehamilan yang berbahaya bagi
ibu dan bayinya. Disamping itu asuhan kebidanan pada ibu saat persalinan, masa
nifas dan bayi baru lahir juga merupakan bagian yang sangat penting.Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam
pemberian asuhan masa nifas. Seperti melakukan manajemen asuhan dengan cara
mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta
melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas dengan memberikan asuhan
secara professional(Yetti Anggraini, 2010 :3).Dari uraian masalah tersebut maka
peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian tentang hubungan antara tingkat
pendidikan, umur dan paritas ibu nifas dengan pelaksanaan kunjungan nifas di BPM
Desa Wedoro Kecamatan SugihwarasKabupaten Bojonegoro tahun 2013
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
“Adakah hubungan antara tingkat
pendidikan, umur dan paritas ibu nifas dengan pelaksanaan kunjungan nifas di BPM
Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 2013 ?”
1.3 Tujuan
Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Untuk
mengetahui hubungan antara
tingkat pendidikan, umur dan paritas ibu nifas dengan pelaksanaan kunjungan
nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 2013.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.
Mengidentifikasi
tingkat pendidikan,
umur dan paritas pada ibu nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras
Kabupaten Bojonegoro tahun 2013.
2.
Mengidentifikasi
pelaksanaan
kunjungan nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro
tahun 2013.
3.
Menganalisa hubungan antara tingkat
pendidikan, umur dan paritas ibu dengan pelaksanaan kunjungan nifas di BPM Desa
Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 2013.
1.4 Manfaat
Penelitian
1.4.1
Manfaat Bagi Responden
Menambah
pengetahuan responden tentang manfaat kunjungan masa nifas sehingga dapat
meningkatkan kesadaran dan keaktifannya dalam melakukan kunjungan nifas ke
tenaga kesehatan dalam perawatan masa nifas.
1.4.2
Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian
ini dapat menjadi sarana bagi peneliti untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan
dan ketrampilan yang diperoleh di bangku perkuliahan pada masyarakat secara
langsung.
1.4.3
Manfaat Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai
masukan informasi tentang hal-hal yang dapat menghambat pelaksanaan kunjungan masa nifas
sehingga dapat diberikan solusi untuk mewujudkan tercapainya derajat kesehatan ibu nifas selama asuhan
pelayanan kesehatan masa nifas.
1.4.4
Manfaat Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Sebagai
bahan masukan yang dapat dipergunakan untuk melakukan perencanaan program
pelayanan kesehatan masa nifas, sehingga dapat meningkatkan kualitas dari
pelayanan kesehatan yang diberikan.
|
TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan judul
penelitian “Hubungan antara
tingkat pendidikan, umur dan paritas ibu nifas dengan pelaksanaan kunjungan
nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 2013”,
maka dapat diuraikan konsep-konsep pada penelitian
ini yaitu konseptingkat pendidikan, konsep umur, konsepparitas, konsep masa
nifas, kerangka konseptual dan hipotesis penelitian.
2.1 Konsep
Tingkat Pendidikan
2.1.1
Pengertian
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagarnaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Tingkat
Pendidikan/Jenjang Pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkatperkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan
kemampuan yangdikembangkan (UU RI Nomor 20 tentang Sisdiknas, 2003 : 2).
7
|
2.1.2
Pembagian Tingkat Pendidikan
1.
Pendidikan
Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi
jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah
Pertarna (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
2.
Pendidikan
Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar.
Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan
menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Dan Madrasah Aliyah
Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
3.
Pendidikan
Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana,
magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi.
Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka. Perguruan tinggi dapat
berbentuk Akaderni, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, atau Universitas.
Perguruan tinggi berkewajiban rnenyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat rnenyelenggarakan program
akademik, profesi, dan/atau vokasi.
(UU RI Nomor 20 tentang Sisdiknas, 2003 :8-9).
2.1.3
Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pendidikan
1. Usia
Usia adalah yang
terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat ia akan berulang tahun. Berbagai
macam pendidikan atau sekolah dibatasi oleh umur. Sehingga umur mempengaruhi
seseorang dalam mengakses pendidikan
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah serangkaian
tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau diselesaikan oleh seseorang
sesui dengan jabatan dtau profesi masing-masing. Status pekerjaan yang rendah
mempengaruhi tingkat pendidikan seseorang.
3. Status Ekonomi
Status ekonomi
berpengaruh terhadap status pendidikannya. Individu yang berasal dari keluarga
yang status ekonominya menengah dan tinggi dimungkinkan lebih memiliki
pendidikan yang tinggi pula.
4. Sosial Budaya
Lingkungan sosial
budaya mengandung dua unsur yaitu yang berarti interaksi antara manusia dan
unsur budaya yaitu bentuk kelakuan yang sama terdapat dikeluarga. Manusia
mempelajari kelakuanya dari orang lain di lingkungan sosialnya. Budaya ini
diterima dalam keluarga meliputi bahasa dan nilai-nilai kelakuan adaptasi
kebiasaan dan sebagainya yang nantinya berpengaruh pada pendidikan seseorang.
5. Lingkungan
Lingkungan adalah
seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat
mempengaruhi perkebangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan adalah
input kedalam diri seseorang sehingga sistem adaptasi yang melibatkan baik
faktor internal maupun faktor eksternal. Seseorang yang hidup dalam lingkungan
berpendidikan tinggi akan cenderung untuk mengikuti lingkunganya.
(Abu Ahmadi, 2012. http://fourseasonnews.blogspot.com).
2.2 Konsep Umur
2.2.1
Pengertian
Umur adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung
sejak lahir sampai dengan sekarang. Penentuan umur dilakukan dengan menggunakan
hitungan tahun. Menurut Elisabeth B. Hurlock (2005), usia adalah umur individu
yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
Umur adalah
variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan
epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua
keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Notoatmodjo, 2007 : 23).Usia
mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah
usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga
pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pengetahuan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam dan Pariani, 2001 : 132-134).
2.2.2
Pembagian Umur
1.
Pembagian
Umur berdasarkan Psikologi Perkembangan
Pembagian umur berdasarkan
psikologi perkembangan (John W. Santrock, 2008 : 25) terbagi atas tingkatan
umur manusia :
1) Masa sebelum kelahiran/pranatal (masa dari konsepsi sampai
lahir)
2) Masa bayi (masa perkembangan yang berlangsung dari lahir
sampai usia 18 atau 24 bulan)
3) Masa anak awal (akhir masa bayi sampai usia 5 atau 6 tahun,
juga disebut usia prasekolah)
4) Masa anak tengah (berlangsung pada usia 6 sampai 11 tahun)
5) Masa remaja awal (usia 12-15 tahun)
6) Masa remaja akhir (antara umur 15-19 tahun)
7) Masa dewasa awal (umur 20-30 tahun)
8) Masa dewasa tengah (umur 31-59 tahun)
9) Masa dewasa akhir (60 tahun sampai ke kematian)
Menurut Elisabeth B. Hurlock
(2005) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih
matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang
yang lebih dewasa lebih dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya.
Hal ini dilihat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Umur merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang. Seseorang yang
menjalani hidup secara normal dapat diasumsikan bahwa semakin lama hidup maka
pengalaman semakin banyak, pengetahuan semakin luas, keahliannya semakin
mendalam dan kearifannya semakin baik dalam pengambilan keputusan tindakannya.
2.
Pembagian
Umur berdasarkan Usia Reproduksi
Usia
reproduksi adalah usia dimana wanita sudah berpotensi untuk melahirkan, yaitu
antara umur 15-49 tahun. Sedangkan usia reproduksi sehat yaitu antara umur
20-35 tahun (Safrudin, 2009 : 33).
2.3 Konsep
Paritas
2.3.1
Pengertian
Paritas adalah keadaan seorang wanita sehubungan
dengan kelahiran anak yang dapat hidup. (Dorland. 2002 : 1607).
Paritas adalah jumlah kehamilan yang
menghasilkan janin hidup atau mati, bukan jumlah janin yang dilahirkan.
(Jensen, Bobak, Lowdermilk. 2004 : 104).
Tingkat
paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan si ibu maupunsi
anak. Dikatakan umpamanya terdapat kecenderungan ibu yang berparitas rendah
lebih baik dari yang berparitas tinggi,terdapat asosiasi antara tingkat paritas
dan penyakit-penyakit tertentu (Notoatmodjo, 2007 : 29).
Paritas adalah jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan telah
dilahirkan tanpa mengingat jumlah anaknya. Kelahiran kembar tiga hanya dihitung
satu paritas.
Beberapa tingkatan paritas adalah :
1. Nullipara
adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi viabel.
2. Primipara
adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi viabel sebanyak satu kali.
3. Multipara
adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi viabel sebanyak 2 kali atau
lebih.
4. Grandemultipara
adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi viabel lebih dari atau sama
dengan empat kali.
(Harry
Oxorn. 2010 : 58).
2.3.2
Kriteria
paritas
Paritas berdasarkan risiko dalam persalinan
terbagi menjadi :
1. Pada paritas
yang rendah (paritas 1)
2. Paritas 2-3
merupakan paritas paling aman
3. Paritas tinggi (lebih dari tiga) (Hanifa
Wiknjosastro, 2005 : 23).
2.3.3
Faktor yang Mempengaruhi Paritas
1.
Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh
seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke
arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
makin mudah dalam memperoleh menerima informasi,
sehingga kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai
pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak yang ideal
adalah 2 orang.
2.
Pekerjaan
Pekerjaan adalah simbol status seseorang
dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan. Banyak anggapan bahwa status
pekerjaan seseorang yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu
dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari.
3.
Keadaan
Ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong
ibu untuk mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam memenuhi
kebutuhan hidup.
4.
Latar
Belakang Budaya
Cultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan
yang bersifat universal, ada di dalam semua kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara
pergaulan sosial, adat-istiadat, penilaian-penilaian umum. Tanpa disadari,
kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah.
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan
pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota
kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan
kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual. Latar belakang budaya yang mempengaruhi paritas
antara lain adanya anggapan bahwa semakin banyak jumlah anak, maka semakin
banyak rejeki.
5.
Pengetahuan
Pengetahuan
merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang,
maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan
paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan
apa yang ia ketahui (Samsiatik, 2012).
2.4 Konsep Masa
Nifas
2.4.1
Pengertian
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah placenta lahir dan
berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil,
berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2009:237).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta
lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun
secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas atau post partum
disebut juga puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata "Puer"
yang artinya bayi dan "Parous" berarti melahirkan. Nifas
yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah
melahirkan (Yetti Anggraini, 2010 : 1).
2.4.2
Peran dan tanggung
jawab bidan dalam masa nifas
1. Mendukung dan
memantau kesehatan fisik ibu dan bayi
2. Mendukung dan
memantau kesehatan psikologis, emosi, sosial serta memberikan semangat pada ibu
3. Membantu ibu
dalam menyusui bayinya
4. Membangun kepercayaan
diri ibu dalam perannya sebagai ibu
5. Mendukung
pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam perannya sebagai orang tua
6. Sebagai
promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga
7. Mendorong ibu
untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman
8. Membuat
kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak serta
mampu melakukan kegiatan administrasi
9. Mendeteksi
komplikasi dan perlunya rujukan
10. Memberikan
konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan
kebersihan yang aman
11. Melakukan
manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana
tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah
komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas
12. Memberikan
asuhan secara professional (Yetti Anggraini,
2010 : 4).
2.4.3
Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan
memberikan kebijakan sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada masa nifas,
yakni paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas (Safrudin, 2009 : 76).
Adapun frekuensi kunjungan, waktu
dan tujuan kunjungan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Jadwal Kunjungan Pasca-Natal
Kunjungan
|
Waktu
|
Tujuan
|
Pertama
|
6-8 jam
pasca-persalinan
|
-
Mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
-
Mendeteksi dan
merawat penyebab lain perdarahan, serta merujuk jikaperdarahan berlanjut
-
Memberi konseling
pada ibu atau salah satu anggota keluarga cara mencegah perdarahan masa nifas
akibat atonia uteri.
-
Pemberian ASI
awal
-
Melakukan bonding
otrachment
-
Menjaga bayi
tetap sehat, cegah hipotermia.
-
Petugas kesehatan
yang menolong persalinan harus mendampingi ibu dan BBL 2 jam pertama
pascapartum atau sampai keadaan ibu dan bayinya stabil.
|
Kedua
|
6 hari
pasca-persalinan
|
-
Memastikan
involusi uterus berjalan.
-
Menilai adanya
tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal
-
Memastikan ibu
dapat makan, minum, dan cukup istirahat
-
Memastikan ibu
menyusui dengan baik dan tidakada tanda penyulit.
-
Memberi konseling mengenai asuhan bayi, perawatan tali pusat dan perawatan
sehari-hari.
|
Ketiga
|
2 minggu
pasca-persalinan
|
Sama seperti kunjungan ke-2
|
Keempat
|
6 minggu
pasca-persalinan
|
-
Menanyakan
penyulit yang dialami
-
Mernberi
konseling KB secara dini.
|
(Safrudin,
2009 : 76).
2.4.4
Tujuan Asuhan Masa
Nifas
Semua kegiatan yang
dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun di bidang lain selalu mempunyai
tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan diadakan evaluasi dan penilaian.
Tujuan dari perawatan nifas ini adalah :
1. Memulihkan kesehatan umum penderita
1) Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
2) Mengatasi anemia
3) Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan
sterilisasi
4) Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk
memperlancar peredaran darah
2. Mempertahankan kesehatan psikologis
3. Mencegah infeksi dan komplikasi
4. Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)
5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai
masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat
mengalami pertumbuhan dan perkernbangan yang normal (Bahiyatun, 2009
: 2).
2.4.5
Waktu Nifas
Masa nifas berlangsung selama 6-8 minggu. Masa
nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
1.
Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan,
dimana dalam hal ini ibu telah diperolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam
agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2.
Puerperiumintermedial
Puerperiumintermedial merupakan masa kepulihan
menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3.
Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan
untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung
selama berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan (Prawirohardjo, 2009 : 238).
2.4.6
Perubahan Selama Post Partum (Nifas)
1.
Uterus
Involusiuterus melibatkan peng-reorganisasian dan pengguguran decidua atau endometrium
serta pengelupasan situs placenta sebagaimana diperlihatkan (Varney,
2004:252). Segera setelah kelahiran bayi, placenta dan membran, beratnya
adalah kurang lebih 1100 gram dengan panjang kurang lebih 15 cm, lebar 12 cm,
serta 8 sampai 10 cm tebalnya. Ukuran itu adalah kurang lebih dua atau tiga
kali ukuran uterusnon hamil, multipara. Uterus berkurang
beratnya sampai menjadi kurang lebih 500 gram pada akhir minggu pertama postpartum,
300 gram sampai 350 gram pada akhir minggu kedua, 100 gram pada akhir minggu
keenam, dan mencapai berat biasa non hamil 70 gram pada akhir minggu
kedelapan postpartum. Segera setelah kelahiran, bagian puncak dari fundusakan
berada kurang lebih dua pertiga sampai tiga perempat tingginya diantara shympisispubis
dan umbilicus. Fundus ini kemudian akan naik ketingkat umbilicus
dalam tempo beberapa jam. Ia akan tetap berada pada kurang lebih setinggi (atau
satu jari lebarnya di bawah) umbilicus selama satu, dua hari dan
kemudian secara berangsur-angsur turun ke pinggul, kemudian menjadi tidak dapat
dipalpasi lagi bila di atas shympisispubis setelah hari ke sepuluh
(Varney, 2004:252).
2.
Involusi tempat placenta
Ekstrusi lengkap tempat placenta perlu waktu sampai 6 minggu. Proses
ini mempunyai kepentingan klinik yang amat besar, karena kalau proses ini
terganggu, mungkin terjadi pendarahan nifas yang lama. Segera setelah
kelahiran, tempat placenta kurang lebih berukuran sebesar telapak
tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil. Pada akhir minggu kedua,
diameternya 3 sampai 4 cm. Segera setelah berakhirnya persalinan, tempat placenta
normalnya terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombosis yang
selanjutnya mengalami organisasi trombus secara khusus.
3.
Pembuluh darah uterus
Di dalam uterus sebagian besar pembuluh darah mengalami obliterasi
dengan perubahan hialain, dan pembuluh yang lebih kecil tumbuh ditempat mereka.
Reabsorbsi residu yang mengalami hialinisasi diselesaikan dengan proses
yang serupa dengan yang di temukan di ovarium setelah ovulasi dan
pembentukan korpusluteum. Tetapi sisa kecil tetap ada selama
bertahun-tahun, yang dibawah mikroskop memberikan cara untuk membedakan antara uterus
wanita multipara dan nullipara.
4.
Lochia
Lochia adalah
nama yang diberikan pada pengeluaran dari uterus yang terlepas melalui vagina
selama masa nifas (Varney, 2004:253). Pengeluaran Lochia dapat dibagi
berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut :
1)
LochiaRubra
Keluar 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel decidua,
verniks kaseosa, rambut, sisa mekonium, sisa darah.
2)
LochiaSanguinolenta
Keluar 3 sampai 7 hari dan berwarna putih bercampur merah.
3)
Lochia Serosa
Keluar 7 sampai 14 hari dan berwarna kekuningan.
4)
Lochia Alba
Keluar setelah hari ke 14 dan berwarna putih.
5.
Vagina dan Perineum
Segera setelah persalinan, vagina menegang disertai edema dan
memar dan terbuka. Dalam satu atau dua hari edemavaginaakan berkurang.
Dinding vagina kembali halus dan ukuran lebih luas. Ukuran mengecil
dengan terbentuk rugae 3 minggu setelah persalinan. Vagina berukuran
sedikit lebih besar dari sebelum melahirkan pertama kali. Meskipun demikian
latihan untuk mengencangkan otot perineumakan memulihkan tonusnya
(Varney, 2004:254).
6.
Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita
hamil, (estrogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin,
kortisol, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang
dibutuhkan hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan
oleh apakah ibu menyusui atau tidak.
7.
Tanda Vital
Tekanan darah biasanya stabil dan normal, temperatur biasanya kembali
normal dari kenaikannya yang sedikit selama periode melahirkan dan menjadi
stabil dalam 24 jam pertama setelah melahirkan. Denyut nadi biasanya normal
kecuali bila ada keluhan persalinan yang lama dan sulit atau kehilangan banyak
darah (Varney, 2004:254).
8.
Perubahan Sistem Ginjal
Pelvis ginjal
dan ureter yang berdilatasi selama kehamilan, kembali normal pada akhir minggu
setelah melahirkan. Segera setelah melahirkan kandung kemih tampak bengkak,
sedikit terbendung, dapat hipotonik, dapat mengakibatkan overdistensi,
pengosongan yang tidak sempurna dan adanya sisa urin yang berlebihan kecuali
bila diambil langkah yang mempengaruhi ibu untuk melakukan buang air kecil
secara teratur meskipun saat wanita itu tidak mempunyai keinginan buang air
kecil. Efek dari trauma selama persalinan pada kandung kemih dan ureter akan menghilang
dalam 24 jam pertama setelah melahirkan (Varney, 2004:255).
9.
Kehilangan Berat Badan
Seorang wanita akan kehilangan berat badannya sekitar 5 kg pada saat
melahirkan. Kehilangan ini berhubungan dengan berat bayi, placenta dan
cairan ketuban. Pada minggu pertama postpartum seorang wanita akan
kehilangan berat badan sebesar 2 kg akibat kehilangan cairan (Varney,
2004:255).
10. Dinding Abdomen
Strie abdominal tidak
bisa dilenyapkan sama sekali akan tetapi mereka bisa berubah menjadi garis yang
halus berwarna putih perak (Varney, 2004:255). Ketika miometrium
berkontraksi dan berektrasi setelah kelahiran dan beberapa hari sesudahnya, peritonium
yang membungkus sebagian besar uterus dibentuk menjadi lipatan dan
kerutan. Ligamentumlatum dan rotundum jauh lebih kendor daripada
kondisi tidak hamil, dan mereka memerlukan waktu cukup lama untuk kembali
dari peregangan dan pengendoran yang telah dialaminya selama kehamilan
tersebut.
11. Perubahan Hematologis
Leukositosis yang
meningkatkan jumlah sel darah putih sampai sebanyak 15.000 semasa persalinan,
akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama dari masa postpartum.
Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi lebih tinggi sampai 25.000
atau 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami
persalinan lama. Jumlah hemoglobin, hematokrit dan erytrocyteakan sangat
bervariasi pada awal masa nifas sebagai akibat dari volume darah, volume plasma
dan tingkat volume sel darah yang berubah-ubah (Varney, 2004:256).
12. Sistem Endokrin
1)
Hormon Placenta
Selama periode pascapartum, terjadi perubahan hormon yang besar.
Pengeluaran placenta menyebabkan penurunan signifikan hormon yang
diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon Human Placcental Lactogen (HPL),
estrogen dan kortisol, serta placentaenzymeinsulinase membalik efek
diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna
pada masa puerperium.
2)
Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium
Waktu dimulainya ovarium dan menstruasi pada wanita menyusui
berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya
berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadarFollicle-Stimulating
Hormone (FSH) terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui,
dismpulkan ovarium tidak berespons terhadap stimulasi FSH kadar
prolaktin meningkat.
13. Sistem Urinarius
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut
menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid
setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal
selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu
bulan setelah wanita melahirkan. Diperkirakan 2 sampai 8 minggu mengalami hipotonia
pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke
keadaan sebelum hamil. Pada sebagian kecil wanita, dilatasi traktusurinariusbisa
menetap selama tiga bulan.
14. Sistem Cerna
1)
Nafsu Makan
Ibu biasanya setelah melahirkan diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan
ringan dan setelah pulih dari efek analgesia, anesthesia, dan keletihan,
kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua
kali dari jumlah yang biasa dikonsumsi disertai konsumsi camilan yang sering
ditemukan.
2)
Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus
cerna menetap selama waktu singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan
anesthesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke
keadaan normal.
3)
Defekasi
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari
setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan tonus otot usus
menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, ibu
biasanya merasakan nyeri diperinium akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid.
Kebiasaan buang air besar yang teratur bisa dicapai kembali setelah tonus
usus kembali normal.
15. Sistem Kardiovaskuler
1)
Volume Darah
Perubahan volume darah tergantung beberapa faktor, misalnya kehilangan
darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler
(edema fisiologis).
2)
Curah jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang masa
hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan
lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintas
sirkuit etoroplacenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.
16. Varises
Varises di tungkai dan di sekitar anus (hemoroid) sering dijumpai pada
wanita hamil. Varises, bahkan varises vulva yang jarang dijumpai, akan
mengecil dengan cepat setelah bayi lahir. Operasi varises tidak dipertimbangkan
selama masa hamil. Regresi total atau mendekati total diharapkan terjadi
setelah melahirkan (Varney, 2004:156).
2.4.7
Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
Ada beberapa
kebutuhan dasar ibu dalam masa nifas, menurut Suherni (2009 : 101-118) yaitu:
1. Gizi
Ibu nifas dianjurkan untuk: makan dengan diet berimbang,
cukup, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, mengkonsumsi makanan
tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500
kalori dan tahun kedua 400 kalori. Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter di dapat
dari air minum dan 1 liter dari cairan yang ada pada kuah sayur, buah dan
makanan yang lain, mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari,
mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk
suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan
meningkatkan kelangsungan hidup anak.
2. Kebersihan Diri
Ibu nifas dianjurkan untuk: menjaga kebersihan seluruh
tubuh, mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air,
menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK, paling tidak
dalam waktu 3-4 jam, menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum menyentuh kelamin, anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomi
dan laserasi, pada ibu post sectio caesaria (SC), luka tetap di jaga agar tetap
bersih dan kering, tiap hari di ganti balutan.
3. Istirahat dan tidur
Ibu nifas dianjurkan untuk: istirahat cukup untuk mengurangi
kelelahan, tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur, kembali ke kegiatan
rumah tangga secara perlahan-lahan, mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat
menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam.
Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat: mengurangi jumlah ASI, memperlambat
involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan, depresi.
4. Eliminasi (BAB dan BAK)
Buang air kecil (BAK) dalam enam jam ibu nifas harus sudah
BAK spontan, kebanyakan ibu nifas berkemih spontan dalam waktu 8 jam, urine
dalam jumlah yang banyak akan di produksi dalam waktu 12-36 jam setelah
melahirkan, ureter yang berdiltasi akan kembali normal dalam waktu 6
minggu. Selama 48 jam pertama nifas (puerperium), terjadi kenaikan dueresis sebagai
berikut: pengurasan volume darah ibu, autolisis serabut otot uterus.
Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edema persalinan,
diet cairan, obat-obatan analgetik, dan perenium yang sangat sakit, bila
lebih 3 hari belum BAB bisa diberikan obat laksantia, ambulasi secara
dini dan teratur akan membantu dalam regulasi BAB, Asupan cairan yang adekaut
dan diet tinggi serat sangat dianjurkan.
5. Pemberian ASI/Laktasi
Hal-hal yang diberitahukan kepada ibu nifas yaitu: menyusui
bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah disusukan, ajarkan cara
menyusui yang benar, memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain
(ASI eklusif), menyusui tanpa jadwal, sesuka bayi (on demand), di luar
menyusui jangan memberikan dot/kompeng pada bayi, tapi berikan dengan sendok,
penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan menurunkan frekuensi
pemberian ASI.
6. Keluarga Berencana
Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah 2
tahun. Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui ekslusif atau
penuh 6 bulan ibu belum mendapatkan haid (metode amenorhe laktasi).
Meskipun setiap metode kontrasepsi beresiko, tetapi menggunakan kontrasepsi
jauh lebih aman. Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi yang
diperbolehkan selama menyusui. Metode hormonal, khususnya oral (estrogen-progesteron)
bukanlah pilihan pertama bagi ibu yang menyusui.
2.4.8
Faktor yang mempengaruhi kunjungan masa nifas
Dalam
pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat jarang terwujud dikarenakan oleh
beberapa faktor diantaranya yaitu :
1.
Faktor fisik
Kondisi fisik ibu yang biasanya mengalami
keletihan setelah proses persalinan dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk
beristirahat, sehingga mereka enggan untuk melakukan kunjungan nifas kecuali
bila tenaga kesehatan dalam hal ini bidan yang melakukan pertolongan persalinan
datang melakukan kunjungan ke rumah ibu.
2.
Faktor sosial
Kondisi lingkungan dan keluarga juga berpengaruh
dimana biasanya ibu setelah melahirkan tidak dianjurkan untuk berpergian
sendiri tanpa ada yang menemani sehingga ibu memiliki kesulitan untuk
menyesuaikan waktu dengan anggota keluarga yang bersedia untuk mengantar ibu
melakukan kunjungan nifas (Yetti Anggraini, 2010 : 6).
3.
Faktor
psikis
1)
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt
behaviour) (Notoatmodjo S, 2007 : 144). Rendahnya pengetahuan seseorang ibu
tentang pendidikan kesehatan akan mempengaruhi rendahnya kunjungan ibu nifas ke
pelayanan kesehatan.
2)
Pengalaman
Pengalaman ibu yang baru pertama kali melahirkan merupakan
hal yang sangat baru sehingga termotifasi untuk melakukan kunjungan nifas ke
tenaga kesehatan untuk menanyakan perubahan yang terjadi pada dirinya.
Sebaliknya ibu yang sudah melahirkan lebih dari satu memiliki anggapan bahwa
dirinya telah berpengalaman dan telah biasa dengan perubahan yang dialami
selama masa nifas sehingga malas untuk melakukan kunjungan ke pelayanan
kesehatan (Maharani, 2011).
2.4.9
Masalah-masalah yang muncul masa nifas
1. Perdarahan pasca persalinan
Kebanyakan ibu
telah mengetahui bahwa dirinya akan mengeluarkan darah selama masa nifas.
Namun, beberapa ibu masih saja khawatir melihat banyaknya darah, terutama
ketika alirannya deras & tiba-tiba pada saat bangun tidur pada hari-hari
awal setelah melahirkan. Jangan khawatir, karena itu merupakan suatu proses
yang normal terjadi. Ibu juga tak perlu khawatir ketika nampaknya jumlah
pengeluaran darah sudah berkurang selama satu atau dua hari namun tiba-tiba
mengalir lagi dgn deras. Hal tersebut biasanya terjadi karena ibu kecapekan
setelah melakukan aktivitas tertentu. Oleh karena itu, ibu perlu segera
beristirahat, mengingat kondisinya yang masih lemah.
2.
Infeksi nifas
Selama nifas, ibu
akan mengeluarkan cairan yang berasal dari rahim, cairan ini disebut “lokia”.
Pada hari pertama & kedua ibu akan mengeluarkan lokia rubra atau lokia
kruenta, berupa darah segar bercampur sisa selaput ketuban & lain-lain.
Hari berikutnya keluar lokia sanguinolenta, berupa darah bercampur lendir.
Setelah satu pekan, keluar lokia serosa yang berwarna kuning & tak mengandung
darah. Setelah dua pekan, keluar lokia alba yang hanya berupa cairan putih.
Biasanya lokia berbau agak amis. Bila berbau busuk, mungkin terjadi lokiostasis
(lokia tak lancar keluar) & infeksi. Salah satu kelainan yang dapat
ditemukan setelah melahirkan (selama nifas) adalah “infeksi nifas” atau dlm
istilah medis disebut juga “infeksi puerperalis”. Infeksi nifas adalah infeksi
bakteri pada saluran genital (kemaluan) yang terjadi setelah melahirkan yang
ditandai dgn kenaikan suhu tubuh sampai 38°C atau lebih selama dua hari,
terjadi dlm sepuluh hari setelah melahirkan tapi dgn mengecualikan 24 jam
pertama.
3. Perawatan Ibu Setelah Melahirkan
Terkadang seorang
wanita sangat memperhatikan kondisi dirinya & janinnya ketika masih
mengandung, namun hanya sedikit yang mengerti bahwa perawatan ibu setelah
melahirkan juga tak kalah pentingnya. (Avie Andriyani, 2011).
2.5 Kerangka
Konseptual
Kerangka
konseptual adalah konsep yang dipakai sebagai landasan berpikir dalam kegiatan
ilmu (Nursalam, 2009 : 55).
Pelaksanaan
kunjungan nifas
|
Ibu nifas
|
Faktor yang
mempengaruhi kunjungan nifas :
1.
Faktor
fisik
2.
Faktor
psikis
3.
Faktor
sosial
|
Tingkat pendidikan :
1.
Dasar
2.
Menengah
3.
Tinggi
|
Umur :
1.
Remaja
akhir (15-19 tahun)
2.
Dewasa
awal (20-30 tahun)
3.
Dewasa
tengah (31-59 tahun)
|
Paritas :
1.
Paritas
rendah (paritas 1)
2.
Paritas aman (paritas 2-3)
3.
Paritas
tinggi (paritas > 3)
|
Ada hubungan
|
Tidak ada
hubungan
|
Keterangan :
:
Diteliti
:
Tidak diteliti
:
Berhubungan
Gambar
2.1 Kerangka konseptual hubungan antara tingkat
pendidikan, umur dan paritas ibu nifas dengan pelaksanaan kunjungan nifas di BPM
Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 2013
2.6 Hipotesis
Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah
atau pernyataan penelitian (Nursalam, 2009 : 56).
Hipotesis
dalam penelitian ini yaitu :
H0 : Tidak
ada hubungan antara
tingkat pendidikan, umur dan paritas ibu nifas dengan pelaksanaan kunjungan
nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 2013
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini
akan dibahas dan diuraikan tentang konsep desain penelitian, kerangka kerja,
populasi, sampel dan sampling, identifikasi variabel, definisi operasional,
pengumpulan data dan analisa data, etika penelitian dan keterbatasan
penelitian.
3.1
Desain
Penelitian
Desain penelitian
merupakan kerangka acuan bagi peneliti untuk mengkaji hubungan antar variabel
dalam suatu penelitian (Agus, 2011 : 27).
Pada penelitian ini menggunakan desain
penelitian survei analitik adalah suatu penelitian yang mencoba mengetahui mengapa
masalah kesehatan tersebut bisa terjadi, kemudian melakukan analisis hubungan
antara faktor risiko (faktor yang mempengaruhi efek) dengan faktor efek (faktor
yang dipengaruhi oleh risiko) (Agus, 2011 : 28).
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan
cross sectional merupakan
suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor risiko (independen)
dengan faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau pengukuran
variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama (Agus, 2011 : 28).
3.2
Lokasi dan
Waktu Penelitian
3.2.1
Lokasi
penelitian
Lokasi
penelitian dilakukandi BPM Desa Wedoro
Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro.
3.2.2
Waktu
penelitian
Penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus tahun 2013.
3.3
Kerangka
Kerja (Frame Work)
Kerangka kerja adalah langkah-langkah dalam aktifitas
ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya, yaitu kegiatan
sejak awal dilaksanakan penelitian (Nursalam, 2009 : 55).
Populasi : Semua ibu nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro bulan Mei-Juli tahun 2013, sebanyak 19 orang |
Sampel : Ibu nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro bulan Mei-Juli tahun 2013, sebanyak 19responden. |
Sampling :Non-Probability Sampling denganTotalSampling |
Identifikasi variabel
|
Variabelindependent
Pendidikan, Umur
dan Paritas
|
Variabel dependent
Pelaksanaan
kunjungan nifas
|
Analisa Data Tabel Silang (Cross Tab’) |
Interpretasi
hasil
|
Pengolahan data dengan editing,
coding, tabulasi kemudian
diprosentasekan
|
Kesimpulan
|
Kuesioner
|
Observasi data
|
Gambar 3.1 Kerangka kerja hubungan antara tingkat pendidikan, umur dan paritas ibu nifas dengan pelaksanaan kunjungan nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 2013
3.4
Populasi dan
sampel (Subjek Penelitian)
3.4.1
Populasi
Populasi merupakan seluruh subyek
atau obyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan hanya obyek
atau subyek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang
dimiliki suatu subyek atau obyek tersebut (Hidayat,
2010 : 51).
Populasi dalam penelitian ini
adalah Semua ibu nifas di
BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro bulan Mei-Juli tahun
2013, sebanyak 17 orang.
3.4.2
Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau
sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2010 :
51).
Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan
sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2009 : 91).
Sampel dalam penelitian ini adalah Ibu
nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro bulan
Mei-Juli tahun 2013, sebanyak 17 responden.
3.4.3
Sampling
Sampling
merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari
populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi
yang ada (Hidayat, 2010 : 68).
Pada penelitian ini sampling yang
digunakan adalah Non-Probability Sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama
bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono,
2009 : 84). Jenis sampling yang digunakan yaitu
totalSamplingadalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif
kecil, kurang dari 30 orang (Sugiyono, 2009 : 85).
3.5
Variabel
Penelitian
Variabel adalah perilaku atau
karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan
lain-lain). Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level dari abstrak
yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi
suatu penelitian (Nursalam, 2009 : 101).
3.5.1
Variabel Independent
Variabel independent adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain
(Nursalam, 2009 : 102). Variabel independent
dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, umur dan
paritas ibu nifas.
3.5.2
Variabel Dependent
Variabel dependent adalah variabel yang nilanya ditentukan oleh variabel
lain (Nursalam, 2009 : 102).
Variabel dependent dalam penelitian
ini adalah pelaksanaan kunjungan nifas.
3.6
Definisi
Operasional
Definisi operasional adalah
definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan
tersebut (Nursalam, 2009 : 101).
Tabel 3.1 Definisi operasional hubungan antara tingkat pendidikan, umur dan paritas ibu nifas dengan pelaksanaan kunjungan nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 2013.
Variabel penelitan
|
Definisi operasional
|
Parameter/
indikator
|
Alat ukur
|
Skala
|
Kategori
|
Variabel
independen
1.
Pendidikan
2.
Umur
3.
Paritas
|
Tahapan pendidikan
yang telah dilalui ibu nifas
Lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak
lahir sampai dengan sekarang
Jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup
atau mati, bukan jumlah janin yang dilahirkan
|
Tingkat pendidikan :
1.
Pendidikan Dasar : SD, MI
/sederajat serta SMP, MTs/sederajat
2.
Pendidikan Menengah :SMA, MA, SMK
dan MAK/ sederajat
3.
Pendidikan Tinggi :pendidikan
diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor.
Klasifikasi umur
:
1.
Masa remaja akhir
(antara umur 15-19 tahun)
2.
Masa dewasa awal
(umur 20-30 tahun)
3.
Masa dewasa
tengah (umur 31-59 tahun)
Paritas :
1.
Paritas yang rendah (paritas 1)
2.
Paritas aman (Paritas 2-3).
3.
Paritas tinggi (paritas lebih dari 3).
|
Kuesio-ner
Kuesio-ner
Kuesio-ner
|
Ordinal
Ordinal
Ordinal
|
Kode pendidikan :
Pendidikan
tinggi : 3
Pendidikan menengah: 2
Pendidikan
Dasar: 1
Tidak sekolah : 0
Kode umur :
Masa remaja akhir
(antara umur 15-19 tahun) kode 1
Masa dewasa awal
(umur 20-30 tahun) kode 2
Masa dewasa
tengah (umur 31-59 tahun) kode 3
Kriteria paritas :
1.
Paritas
Rendah, jika ibu hamil 1 kali.
2.
Paritas
Aman, jika ibu hamil 2-3 kali.
3.
Paritas
Tinggi, jika ibu hamil > 3 kali.
Kode :
3 : Paritas rendah
2 : Paritas aman
1 : Paritas
tinggi
|
Variabel dependen
Pelaksanaan kunjungan nifas
|
Kunjungan yang dilakukan oleh ibu nifas ke tenaga
kesehatan (bidan) dalam pemeriksaan dan pemulihan masa nifas
|
Kunjungan masa nifas yaitu minimal 4 kali kunjungan:
1.
Kunjungan pertama yaitu 6-8 jam pasca-persalinan
2.
Kunjungan kedua yaitu 6 hari pasca-persalinan
3.
Kunjungan ketiga yaitu 2 minggu pasca-persalinan
4.
Kunjungan keempat yaitu 6 minggu pasca-persalinan
|
Obser-vasi data
|
Nominal
|
Kriteria kunjungan nifas :
1.
Lengkap, jika selama masa nifas ibu berkunjung sebanyak 4
kali.
2.
Tidak lengkap, jika selama masa nifas ibu berkunjung < 4 kali.
Kode :
Kunjungan nifas lengkap : 2
Kunjungan nifas tidak lengkap : 1
|
3.7
Pengumpulan
Dan Analisa Data
3.7.1
Pengumpulan
data
Pengumpulan
data adalah sutau proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan
karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2009:
115).
1.
Proses
pengumpulan data
Setelah mendapatkan rekomendasi dari Direktur Akademi
Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro, kemudian peneliti meminta ijin kepada kepala BPM
Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegorountuk mendapatkan ijin
penelitian ilmiah. Selanjutnya peneliti melakukan pendekatan kepada responden
dengan memberikan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat penelitian untuk
mendapatkan persetujuan dari responden dengan menggunakan informed consent.
2.
Instrument
penelitian
Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan
suatu metode (Arikunto, 2006 : 149). Jenis instrumen yang digunakan dalam
pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner dan observasi data.
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang
ia ketahui (Arikunto, 2006 : 151). Observasi data adalah kegiatan pencatatan
data yang diperoleh dari pihak lain, badan/intansi yang secara rutin
mengumpulkan data (Setiadi, 2007 : 188). Pada variabel independent yaitu tingkat pendidikan, umur dan paritas ibu nifas
diperoleh melalui kuesioner. Sedangkan kuesioner yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pertanyaan tertutup. Kuesioner berbentuk pertanyaan
tertutup (closed ended question)
yaitu jenis multiple choice yaitu
pertanyaan yang menyediakan beberapa alternatif jawaban dan responden hanya
memilih salah satu diantaranya sesuai dengan pendapatnya (Notoatmodjo,
2010 : 123). Observasi data digunakan untuk melihat kunjungan nifas yang
diketahui melalui pencatatan dari Buku KIA.
1.
Editing
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi
kesalahan-kesalahan data yang telah dikumpulkan. Juga memonitor jangan sampai terjadi kekosongan
data yang dibutuhkan.
2. Coding
Setiap responden diberi kode sesuai dengan nomor
urut. Pada variabel independentyaitu
untuk pendidikan ibu nifas, jika pendidikan ibu tinggi diberi kode 3, jika
pendidikan ibu menengah diberi kode 2 dan jika pendidikan ibu dasar diberi kode
1. Untuk umur ibu nifas, jika umur ibu nifas tergolong remaja akhir diberi kode
1, jika umur ibu nifas tergolong dewasa awal diberi kode 2 dan jika umur ibu
nifas tergolong dewasa tengah diberi kode 3. Untuk paritas ibunifas, jika
paritas ibu rendah (paritas 1) diberi kode 1, paritas ibu tinggi (paritas >
3) diberi kode 2 dan paritas ibu aman (paritas 2-3) diberi kode 3. Dan untuk
variabel dependentpelaksanaan
kunjungan nifas, jika kunjungan nifas ibu lengkap diberi kode 2 dan jika
kunjungan nifas ibu tidak lengkap diberi kode 1.
3.
Tabulating
Dari pengolahan data yang
dilakukan kemudian dimasukkan dalam tabel distribusi yang dikonfirmasikan dalam
bentuk presentase dan narasi kemudian dilakukan tabulasi silang untuk
mengetahui hubungan antara variabel independent dan dependent. Dan hasil penelitian
didistribusikan ke dalam tabel.
Dalam menganalisa data, peneliti
menggunakan statistika diskriptif karena sampel tidak digeneralisasi. Untuk
mengetahui asosiasi atau hubungan antara dua variabel dengan menggunakan
tabulasi silang (Cross table) antara
variabel independent (Variabel x) dan
variabel dependent (variabel y).
Mengetahui pengaruh antar variabel dilakukan tabulasi silang, dimana analisis
dengan tabulasi silang merupakan metode analisis paling sederhana tapi memiliki
kemampuan yang kuat untuk menjelaskan pengaruh antar variabel (Santoso
Singgih, 2003 : 99-146).
3.8
Etika
Penelitian
Masukan etika dalam penelitian menurut Ahmad Aziz Alimul Hidayat (2009: 82) dapat
meliputi :
3.8.1
Informed
consent (lembar persetujuan)
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent
tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar
persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed
consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian,
mengetahui dampaknya. Jika responden tidak bersedia maka peneliti tidak akan
memaksa.
3.8.2
Anonimity
(tanpa nama)
Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan
subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden
pada lebar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
untuk hasil penelitian yang disajikan.
3.8.3
Confidentiality (kerahasiaan)
permisi kakak..
BalasHapusbisa di tampilkan gambaran hasil survey penelitiannya?
Bisa lihat koesionernya ?
BalasHapusmba bisa lihat contoh pengambilan samplingnya sama kisi-kisi koesionernya?
BalasHapus