Sabtu, 27 Juli 2013

proposal Masa nifas



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Yetti Anggraini, 2010 : 1). Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya secara fisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju maupun Negara berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. Semakin meningkatnya angka kematian ibu di Indonesia pada saat nifas (sekitar 60%) mencetuskan pembuatan program dan kebijakan teknis yang lebih baru mengenai jadwal kunjungan masa nifas. Paling sedikit empat kali dilakukan kunjungan masa nifas untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, juga untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Kunjungan dilakukan paling sedikit 4 kali selama ibu dalam masa nifas. Kegiatan yang dilakukan selama kunjungan meliputi pencegahan, pendeteksian, dan penanganan masalah yang terjadi pada masa nifas (Safrudin, 2009 : 76). Namun yang menjadi permasalahan yaitu masih banyak ibu nifas yang tidak melakukan kunjungan masa nifas dengan baik.
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia, cakupan pelayanan ibu nifas pada tahun 2010 adalah 73,48%, tahun 2011 adalah 77,65%. Walaupun cakupan pelayanan ibu nifas mengalami peningkatan, namun masih jauh dari target cakupan kunjungan ibu nifas berdasarkan target standar pelayanan minimal bidang kesehatan tahun 2015 adalah 90%. Sedangkan cakupan pelayanan ibu nifas di Propinsi Jawa Timur pada tahun 2011 mencapai 94,75%, ini berarti cakupan  kunjungan ibu nifas telah memenuhi target (Depkes RI, 2012).Cakupan pelayanan ibu nifas di Kabupaten Bojonegoro tahun 2011 adalah 97,27% (Dinkes Bojonegoro, 2012). Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari Puskesmas Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2012, jumlah ibu nifas sebanyak 711 orang dengan cakupan pelayanan ibu nifas mencapai 97%. Sedangkan untuk wilayah Desa Wedoro pada tahun 2012 terdapat sebanyak 40 ibu nifas, dimana dengan cakupan pelayanan ibu nifas mencapai 114% yaitu dari target sasaran ibu hamil 38 orang dan dengan pelayanan ibu nifas sebanyak 40 orang.Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras pada bulan februari2013 terdapat sebanyak 6 ibu nifas,yaitu diperoleh  2 ibu nifas melakukan kunjungan nifas dan 4 diantaranya tidak melakukan kunjungan nifas,dimana kunjungan nifasnya yaitu dengan kunjungan rumah pada ibu nifas.
Masa nifas tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-organ reproduksi sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan bersalin. Asuhan masa nifas diperlukan setelah proses persalinan karena masa ini merupakan masa krisis baik ibu maupun bayinya. Pada masa nifas sebaiknya ibu paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi (Bahiyatun, 2009 : 3).Tujuan kunjungan pada masa nifas yaitu : Untuk menilai kesehatan ibu dan bayi baru lahir, Pencegahan terhadap kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya, Mendeteksi adanya kejadian-kejadian masa nifas, dan Menangani berbagai masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu maupun bayi pada masa nifas (Yetti Anggraini, 2010 : 3).Namun dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat jarang terwujud dikarenakan oleh beberapa sebab seperti karena kurangnya pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan atau  kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo S, 2007 : 144). Tinggi rendahnya pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh karakteristik individu seperti umur dan pendidikan. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pengetahuan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam dan Pariani, 2001 : 132-134). Kemudian jika dilihat dari faktor pengalaman, paritas merupakan suatu bentuk pengalaman ibu dalam menjalani kehamilan. Ibu yang baru pertama kali melahirkan merupakan hal yang sangat baru sehingga termotifasi untuk melakukan kunjungan nifas ke tenaga kesehatan untuk menanyakan perubahan yang terjadi pada dirinya. Sebaliknya ibu yang sudah melahirkan lebih dari satu memiliki anggapan bahwa dirinya telah berpengalaman dan telah biasa dengan perubahan yang dialami selama masa nifas sehingga malas untuk melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan (Yetti Anggraini, 2010 : 6).
Dari gambaran masalah diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa sebenarnya angka kematian ibu dan bayi saat kehamilan atau persalinan dapat dicegah, salah satunya caranya melalui pemeriksaan kehamilan yang teratur sehingga dapat dideteksi secara dini resiko-resiko tinggi pada kehamilan yang berbahaya bagi ibu dan bayinya. Disamping itu asuhan kebidanan pada ibu saat persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir juga merupakan bagian yang sangat penting.Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan masa nifas. Seperti melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas dengan memberikan asuhan secara professional(Yetti Anggraini, 2010 :3).Dari uraian masalah tersebut maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul penelitian tentang hubungan antara tingkat pendidikan, umur dan paritas ibu nifas dengan pelaksanaan kunjungan nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan SugihwarasKabupaten Bojonegoro tahun 2013


1.2  Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
“Adakah hubungan antara tingkat pendidikan, umur dan paritas ibu nifas dengan pelaksanaan kunjungan nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 2013 ?”


1.3  Tujuan Penelitian
1.3.1        Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan, umur dan paritas ibu nifas dengan pelaksanaan kunjungan nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 2013.
1.3.2        Tujuan Khusus
1.      Mengidentifikasi tingkat pendidikan, umur dan paritas pada ibu nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 2013.
2.      Mengidentifikasi pelaksanaan kunjungan nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 2013.
3.      Menganalisa hubungan antara tingkat pendidikan, umur dan paritas ibu dengan pelaksanaan kunjungan nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 2013.



1.4  Manfaat Penelitian
1.4.1        Manfaat Bagi Responden
Menambah pengetahuan responden tentang manfaat kunjungan masa nifas sehingga dapat meningkatkan kesadaran dan keaktifannya dalam melakukan kunjungan nifas ke tenaga kesehatan dalam perawatan masa nifas.
1.4.2        Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menjadi sarana bagi peneliti untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh di bangku perkuliahan pada masyarakat secara langsung.
1.4.3        Manfaat Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai masukan informasi tentang hal-hal yang dapat menghambat pelaksanaan kunjungan masa nifas sehingga dapat diberikan solusi untuk mewujudkan tercapainya  derajat kesehatan ibu nifas selama asuhan pelayanan kesehatan masa nifas.
1.4.4        Manfaat Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan
Sebagai bahan masukan yang dapat dipergunakan untuk melakukan perencanaan program pelayanan kesehatan masa nifas, sehingga dapat meningkatkan kualitas dari pelayanan kesehatan yang diberikan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan judul penelitian “Hubungan antara tingkat pendidikan, umur dan paritas ibu nifas dengan pelaksanaan kunjungan nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 2013”, maka dapat diuraikan konsep-konsep pada penelitian ini yaitu konseptingkat pendidikan, konsep umur, konsepparitas, konsep masa nifas, kerangka konseptual dan hipotesis penelitian.

2.1  Konsep Tingkat Pendidikan
2.1.1        Pengertian
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagarnaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Tingkat Pendidikan/Jenjang Pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkatperkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yangdikembangkan (UU RI Nomor 20 tentang Sisdiknas, 2003 : 2).
7
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Ketidaktahuan dapat disebabkan karena pendidikan yang rendah, seseorang dengan tingkat pendidikan yang terlalu rendah akan sulit menerima pesan, mencerna pesan dan informasi yang disampaikan (Notoatmodjo, 2007 :25).
2.1.2        Pembagian Tingkat Pendidikan
1.      Pendidikan Dasar
Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertarna (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat.
2.      Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.
3.      Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka. Perguruan tinggi dapat berbentuk Akaderni, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, atau Universitas. Perguruan tinggi berkewajiban rnenyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat rnenyelenggarakan program akademik, profesi, dan/atau vokasi.
(UU RI Nomor 20 tentang Sisdiknas, 2003 :8-9).
2.1.3        Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pendidikan
1.      Usia
Usia adalah yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat ia akan berulang tahun. Berbagai macam pendidikan atau sekolah dibatasi oleh umur. Sehingga umur mempengaruhi seseorang dalam mengakses pendidikan
2.      Pekerjaan
Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau diselesaikan oleh seseorang sesui dengan jabatan dtau profesi masing-masing. Status pekerjaan yang rendah mempengaruhi tingkat pendidikan seseorang.
3.      Status Ekonomi
Status ekonomi berpengaruh terhadap status pendidikannya. Individu yang berasal dari keluarga yang status ekonominya menengah dan tinggi dimungkinkan lebih memiliki pendidikan yang tinggi pula.
4.      Sosial Budaya
Lingkungan sosial budaya mengandung dua unsur yaitu yang berarti interaksi antara manusia dan unsur budaya yaitu bentuk kelakuan yang sama terdapat dikeluarga. Manusia mempelajari kelakuanya dari orang lain di lingkungan sosialnya. Budaya ini diterima dalam keluarga meliputi bahasa dan nilai-nilai kelakuan adaptasi kebiasaan dan sebagainya yang nantinya berpengaruh pada pendidikan seseorang.
5.      Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkebangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan adalah input kedalam diri seseorang sehingga sistem adaptasi yang melibatkan baik faktor internal maupun faktor eksternal. Seseorang yang hidup dalam lingkungan berpendidikan tinggi akan cenderung untuk mengikuti lingkunganya.
(Abu Ahmadi, 2012. http://fourseasonnews.blogspot.com).

2.2  Konsep Umur
2.2.1        Pengertian
Umur adalah lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak lahir sampai dengan sekarang. Penentuan umur dilakukan dengan menggunakan hitungan tahun. Menurut Elisabeth B. Hurlock (2005), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
Umur adalah variabel yang selalu diperhatikan di dalam penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Angka-angka kesakitan maupun kematian didalam hampir semua keadaan menunjukkan hubungan dengan umur (Notoatmodjo, 2007 : 23).Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pengetahuan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam dan Pariani, 2001 : 132-134).
2.2.2        Pembagian Umur
1.      Pembagian Umur berdasarkan Psikologi Perkembangan
Pembagian umur berdasarkan psikologi perkembangan (John W. Santrock, 2008 : 25) terbagi atas tingkatan umur manusia :
1)      Masa sebelum kelahiran/pranatal (masa dari konsepsi sampai lahir)
2)      Masa bayi (masa perkembangan yang berlangsung dari lahir sampai usia 18 atau 24 bulan)
3)      Masa anak awal (akhir masa bayi sampai usia 5 atau 6 tahun, juga disebut usia prasekolah)
4)      Masa anak tengah (berlangsung pada usia 6 sampai 11 tahun)
5)      Masa remaja awal (usia 12-15 tahun)
6)      Masa remaja akhir (antara umur 15-19 tahun)
7)      Masa dewasa awal (umur 20-30 tahun)
8)      Masa dewasa tengah (umur 31-59 tahun)
9)      Masa dewasa akhir (60 tahun sampai ke kematian)
Menurut Elisabeth B. Hurlock (2005) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa lebih dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini dilihat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang. Seseorang yang menjalani hidup secara normal dapat diasumsikan bahwa semakin lama hidup maka pengalaman semakin banyak, pengetahuan semakin luas, keahliannya semakin mendalam dan kearifannya semakin baik dalam pengambilan keputusan tindakannya.
2.      Pembagian Umur berdasarkan Usia Reproduksi
Usia reproduksi adalah usia dimana wanita sudah berpotensi untuk melahirkan, yaitu antara umur 15-49 tahun. Sedangkan usia reproduksi sehat yaitu antara umur 20-35 tahun (Safrudin, 2009 : 33).

2.3  Konsep Paritas
2.3.1        Pengertian
Paritas adalah keadaan seorang wanita sehubungan dengan kelahiran anak yang dapat hidup. (Dorland. 2002 : 1607).
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup atau mati, bukan jumlah janin yang dilahirkan. (Jensen, Bobak, Lowdermilk. 2004 : 104).
Tingkat paritas telah menarik perhatian para peneliti dalam hubungan si ibu maupunsi anak. Dikatakan umpamanya terdapat kecenderungan ibu yang berparitas rendah lebih baik dari yang berparitas tinggi,terdapat asosiasi antara tingkat paritas dan penyakit-penyakit tertentu (Notoatmodjo, 2007 : 29).
Paritas adalah jumlah kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan telah dilahirkan tanpa mengingat jumlah anaknya. Kelahiran kembar tiga hanya dihitung satu paritas. Beberapa tingkatan paritas adalah :
1.      Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi viabel.
2.      Primipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi viabel sebanyak satu kali.
3.      Multipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi viabel sebanyak 2 kali atau lebih.
4.      Grandemultipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi viabel lebih dari atau sama dengan empat kali.
(Harry Oxorn. 2010 : 58).
2.3.2        Kriteria paritas
Paritas berdasarkan risiko dalam persalinan terbagi menjadi :
1.      Pada paritas yang rendah (paritas 1)
2.      Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman
3.      Paritas  tinggi (lebih dari tiga) (Hanifa Wiknjosastro, 2005 : 23).
2.3.3        Faktor yang Mempengaruhi Paritas
1.      Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah dalam memperoleh menerima informasi, sehingga kemampuan ibu dalam berpikir lebih rasional. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak yang ideal adalah 2 orang.
2.      Pekerjaan
Pekerjaan adalah simbol status seseorang dimasyarakat. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat pelayanan kesehatan yang diinginkan. Banyak anggapan bahwa status pekerjaan seseorang yang tinggi, maka boleh mempunyai anak banyak karena mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari.
3.      Keadaan Ekonomi
Kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk mempunyai anak lebih karena keluarga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup.
4.      Latar Belakang Budaya
Cultur universal adalah unsur-unsur kebudayaan yang bersifat universal, ada di dalam semua kebudayaan di dunia, seperti pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara pergaulan sosial, adat-istiadat, penilaian-penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya. Hanya kepercayaan individu yang telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap individual. Latar belakang budaya yang mempengaruhi paritas antara lain adanya anggapan bahwa semakin banyak jumlah anak, maka semakin banyak rejeki.
5.      Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan apa yang ia ketahui (Samsiatik, 2012).
2.4  Konsep Masa Nifas
2.4.1        Pengertian
Masa nifas (puerpurium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2009:237).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan. Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal dari bahasa latin yaitu dari kata "Puer" yang artinya bayi dan "Parous" berarti melahirkan. Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah melahirkan (Yetti Anggraini, 2010 : 1).
2.4.2        Peran dan tanggung jawab bidan dalam masa nifas
1.      Mendukung dan memantau kesehatan fisik ibu dan bayi
2.      Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi, sosial serta memberikan semangat pada ibu
3.      Membantu ibu dalam menyusui bayinya
4.      Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu
5.      Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam perannya sebagai orang tua
6.      Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga
7.      Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman
8.      Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan dengan ibu dan anak serta mampu melakukan kegiatan administrasi
9.      Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
10.  Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman
11.  Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta me­laksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas
12.  Memberikan asuhan secara professional (Yetti Anggraini, 2010 : 4).
2.4.3        Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan memberikan kebijakan sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada masa nifas, yakni paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas (Safrudin, 2009 : 76).


Adapun frekuensi kunjungan, waktu dan tujuan kunjungan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1 Jadwal Kunjungan Pasca-Natal
Kunjungan
Waktu
Tujuan
Pertama
6-8 jam
pasca-persalinan
-          Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
-          Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, serta merujuk jikaperdarahan berlanjut
-          Memberi konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga cara mencegah perdarahan masa nifas akibat atonia uteri.
-          Pemberian ASI awal
-          Melakukan bonding otrachment
-          Menjaga bayi tetap sehat, cegah hipotermia.
-          Petugas kesehatan yang menolong persalinan harus mendampingi ibu dan BBL 2 jam pertama pascapartum atau sampai keadaan ibu dan bayinya stabil.
Kedua
6 hari
pasca-persalinan
-          Memastikan involusi uterus berjalan.
-          Menilai adanya tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal
-          Memastikan ibu dapat makan, minum, dan cukup istirahat
-          Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidakada tanda penyulit.
-          Memberi konseling mengenai asuhan bayi, perawatan tali pusat dan perawatan sehari-hari.

Ketiga
2 minggu
pasca-persalinan
Sama seperti kunjungan ke-2

Keempat
6 minggu
pasca-persalinan
-          Menanyakan penyulit yang dialami
-          Mernberi konseling KB secara dini.

(Safrudin, 2009 : 76).
2.4.4        Tujuan Asuhan Masa Nifas
Semua kegiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun di bidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan diadakan evaluasi dan penilaian. Tujuan dari perawatan nifas ini adalah :
1.      Memulihkan kesehatan umum penderita
1)      Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
2)      Mengatasi anemia
3)      Mencegah infeksi dengan memperhatikan kebersihan dan sterilisasi
4)      Mengembalikan kesehatan umum dengan pergerakan otot untuk memperlancar peredaran darah
2.      Mempertahankan kesehatan psikologis
3.      Mencegah infeksi dan komplikasi
4.      Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)
5.      Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selesai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkernbangan yang normal (Bahiyatun, 2009 : 2).
2.4.5        Waktu Nifas
Masa nifas berlangsung selama 6-8 minggu. Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
1.       Puerperium dini
Puerperium dini merupakan masa kepulihan, dimana dalam hal ini ibu telah diperolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dalam agama islam, dianggap bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2.       Puerperiumintermedial
Puerperiumintermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3.       Remote puerperium
Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan bahkan tahunan (Prawirohardjo, 2009 : 238).
2.4.6        Perubahan Selama Post Partum (Nifas)
1.      Uterus
Involusiuterus melibatkan peng-reorganisasian dan pengguguran decidua atau endometrium serta pengelupasan situs placenta sebagaimana diperlihatkan (Varney, 2004:252). Segera setelah kelahiran bayi, placenta dan membran, beratnya adalah kurang lebih 1100 gram dengan panjang kurang lebih 15 cm, lebar 12 cm, serta 8 sampai 10 cm tebalnya. Ukuran itu adalah kurang lebih dua atau tiga kali ukuran uterusnon hamil, multipara. Uterus berkurang beratnya sampai menjadi kurang lebih 500 gram pada akhir minggu pertama postpartum, 300 gram sampai 350 gram pada akhir minggu kedua, 100 gram pada akhir minggu keenam, dan mencapai berat biasa non hamil 70 gram pada akhir minggu kedelapan postpartum. Segera setelah kelahiran, bagian puncak dari fundusakan berada kurang lebih dua pertiga sampai tiga perempat tingginya diantara shympisispubis dan umbilicus. Fundus ini kemudian akan naik ketingkat umbilicus dalam tempo beberapa jam. Ia akan tetap berada pada kurang lebih setinggi (atau satu jari lebarnya di bawah) umbilicus selama satu, dua hari dan kemudian secara berangsur-angsur turun ke pinggul, kemudian menjadi tidak dapat dipalpasi lagi bila di atas shympisispubis setelah hari ke sepuluh (Varney, 2004:252).
2.      Involusi tempat placenta
Ekstrusi lengkap tempat placenta perlu waktu sampai 6 minggu. Proses ini mempunyai kepentingan klinik yang amat besar, karena kalau proses ini terganggu, mungkin terjadi pendarahan nifas yang lama. Segera setelah kelahiran, tempat placenta kurang lebih berukuran sebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil. Pada akhir minggu kedua, diameternya 3 sampai 4 cm. Segera setelah berakhirnya persalinan, tempat placenta normalnya terdiri dari banyak pembuluh darah yang mengalami trombosis yang selanjutnya mengalami organisasi trombus secara khusus.
3.      Pembuluh darah uterus
Di dalam uterus sebagian besar pembuluh darah mengalami obliterasi dengan perubahan hialain, dan pembuluh yang lebih kecil tumbuh ditempat mereka. Reabsorbsi residu yang mengalami hialinisasi diselesaikan dengan proses yang serupa dengan yang di temukan di ovarium setelah ovulasi dan pembentukan korpusluteum. Tetapi sisa kecil tetap ada selama bertahun-tahun, yang dibawah mikroskop memberikan cara untuk membedakan antara uterus wanita multipara dan nullipara.


4.      Lochia
Lochia adalah nama yang diberikan pada pengeluaran dari uterus yang terlepas melalui vagina selama masa nifas (Varney, 2004:253). Pengeluaran Lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya sebagai berikut :
1)      LochiaRubra
Keluar 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan hitam, terdiri dari sel decidua, verniks kaseosa, rambut, sisa mekonium, sisa darah.
2)      LochiaSanguinolenta
Keluar 3 sampai 7 hari dan berwarna putih bercampur merah.
3)      Lochia Serosa
Keluar 7 sampai 14 hari dan berwarna kekuningan.
4)      Lochia Alba
Keluar setelah hari ke 14 dan berwarna putih.
5.      Vagina dan Perineum
Segera setelah persalinan, vagina menegang disertai edema dan memar dan terbuka. Dalam satu atau dua hari edemavaginaakan berkurang. Dinding vagina kembali halus dan ukuran lebih luas. Ukuran mengecil dengan terbentuk rugae 3 minggu setelah persalinan. Vagina berukuran sedikit lebih besar dari sebelum melahirkan pertama kali. Meskipun demikian latihan untuk mengencangkan otot perineumakan memulihkan tonusnya (Varney, 2004:254).
6.      Payudara
Konsentrasi hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita hamil, (estrogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin, kortisol, dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak.
7.      Tanda Vital
Tekanan darah biasanya stabil dan normal, temperatur biasanya kembali normal dari kenaikannya yang sedikit selama periode melahirkan dan menjadi stabil dalam 24 jam pertama setelah melahirkan. Denyut nadi biasanya normal kecuali bila ada keluhan persalinan yang lama dan sulit atau kehilangan banyak darah (Varney, 2004:254).
8.      Perubahan Sistem Ginjal
Pelvis ginjal dan ureter yang berdilatasi selama kehamilan, kembali normal pada akhir minggu setelah melahirkan. Segera setelah melahirkan kandung kemih tampak bengkak, sedikit terbendung, dapat hipotonik, dapat mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang tidak sempurna dan adanya sisa urin yang berlebihan kecuali bila diambil langkah yang mempengaruhi ibu untuk melakukan buang air kecil secara teratur meskipun saat wanita itu tidak mempunyai keinginan buang air kecil. Efek dari trauma selama persalinan pada kandung kemih dan ureter akan menghilang dalam 24 jam pertama setelah melahirkan (Varney, 2004:255).
9.      Kehilangan Berat Badan
Seorang wanita akan kehilangan berat badannya sekitar 5 kg pada saat melahirkan. Kehilangan ini berhubungan dengan berat bayi, placenta dan cairan ketuban. Pada minggu pertama postpartum seorang wanita akan kehilangan berat badan sebesar 2 kg akibat kehilangan cairan (Varney, 2004:255).
10.  Dinding Abdomen
Strie abdominal tidak bisa dilenyapkan sama sekali akan tetapi mereka bisa berubah menjadi garis yang halus berwarna putih perak (Varney, 2004:255). Ketika miometrium berkontraksi dan berektrasi setelah kelahiran dan beberapa hari sesudahnya, peritonium yang membungkus sebagian besar uterus dibentuk menjadi lipatan dan kerutan. Ligamentumlatum dan rotundum jauh lebih kendor daripada kondisi tidak hamil, dan mereka memerlukan  waktu cukup lama untuk kembali dari peregangan dan pengendoran yang telah dialaminya selama kehamilan tersebut.
11.  Perubahan Hematologis
Leukositosis yang meningkatkan jumlah sel darah putih sampai sebanyak 15.000 semasa persalinan, akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama dari masa postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi lebih tinggi sampai 25.000 atau 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama. Jumlah hemoglobin, hematokrit dan erytrocyteakan sangat bervariasi pada awal masa nifas sebagai akibat dari volume darah, volume plasma dan tingkat volume sel darah yang berubah-ubah (Varney, 2004:256).


12.  Sistem Endokrin
1)      Hormon Placenta
Selama periode pascapartum, terjadi perubahan hormon yang besar. Pengeluaran placenta menyebabkan penurunan signifikan hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon Human Placcental Lactogen (HPL), estrogen dan kortisol, serta placentaenzymeinsulinase membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara yang bermakna pada masa puerperium.
2)      Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium
Waktu dimulainya ovarium dan menstruasi pada wanita menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadarFollicle-Stimulating Hormone (FSH) terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui, dismpulkan ovarium tidak berespons terhadap stimulasi FSH kadar prolaktin meningkat.
13.  Sistem Urinarius
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperkirakan 2 sampai 8 minggu mengalami hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada sebagian kecil wanita, dilatasi traktusurinariusbisa  menetap selama tiga bulan.
14.  Sistem Cerna
1)      Nafsu Makan
Ibu biasanya setelah melahirkan diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan ringan dan setelah pulih dari efek analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah yang biasa dikonsumsi disertai konsumsi camilan yang sering ditemukan.
2)      Motilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anesthesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.
3)      Defekasi
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, ibu biasanya merasakan nyeri diperinium akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid. Kebiasaan buang air besar yang teratur bisa dicapai kembali setelah tonus usus kembali normal.


15.  Sistem Kardiovaskuler
1)      Volume Darah
Perubahan volume darah tergantung beberapa faktor, misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler (edema fisiologis).
2)      Curah jantung
Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat sepanjang masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30 sampai 60 menit karena darah yang biasanya melintas sirkuit etoroplacenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum.
16.  Varises
Varises di tungkai dan di sekitar anus (hemoroid) sering dijumpai pada wanita hamil. Varises, bahkan varises vulva yang jarang dijumpai, akan mengecil dengan cepat setelah bayi lahir. Operasi varises tidak dipertimbangkan selama masa hamil. Regresi total atau mendekati total diharapkan terjadi setelah melahirkan (Varney, 2004:156).
2.4.7        Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
Ada beberapa kebutuhan dasar ibu dalam masa nifas, menurut Suherni (2009 : 101-118) yaitu:
1.      Gizi
Ibu nifas dianjurkan untuk: makan dengan diet berimbang, cukup, karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, mengkonsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari pada bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500 kalori dan tahun kedua 400 kalori. Asupan cairan 3 liter/hari, 2 liter di dapat dari air minum dan 1 liter dari cairan yang ada pada kuah sayur, buah dan makanan yang lain, mengkonsumsi tablet besi 1 tablet tiap hari selama 40 hari, mengkonsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A dalam bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan kelangsungan hidup anak.
2.      Kebersihan Diri
Ibu nifas dianjurkan untuk: menjaga kebersihan seluruh tubuh, mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, menyarankan ibu mengganti pembalut setiap kali mandi, BAB/BAK, paling tidak dalam waktu 3-4 jam, menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum menyentuh kelamin, anjurkan ibu tidak sering menyentuh luka episiotomi dan laserasi, pada ibu post sectio caesaria (SC), luka tetap di jaga agar tetap bersih dan kering, tiap hari di ganti balutan.
3.      Istirahat dan tidur
Ibu nifas dianjurkan untuk: istirahat cukup untuk mengurangi kelelahan, tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur, kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan, mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam. Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat: mengurangi jumlah ASI, memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan perdarahan, depresi.


4.      Eliminasi (BAB dan BAK)
Buang air kecil (BAK) dalam enam jam ibu nifas harus sudah BAK spontan, kebanyakan ibu nifas berkemih spontan dalam waktu 8 jam, urine dalam jumlah yang banyak akan di produksi dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan, ureter yang berdiltasi akan kembali normal dalam waktu 6 minggu. Selama 48 jam pertama nifas (puerperium), terjadi kenaikan dueresis sebagai berikut: pengurasan volume darah ibu, autolisis serabut otot uterus. Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2-3 hari, karena edema persalinan, diet cairan, obat-obatan analgetik, dan perenium yang sangat sakit, bila lebih 3 hari belum BAB bisa diberikan obat laksantia, ambulasi secara dini dan teratur akan membantu dalam regulasi BAB, Asupan cairan yang adekaut dan diet tinggi serat sangat dianjurkan.
5.      Pemberian ASI/Laktasi
Hal-hal yang diberitahukan kepada ibu nifas yaitu: menyusui bayi segera setelah lahir minimal 30 menit bayi telah disusukan, ajarkan cara menyusui yang benar, memberikan ASI secara penuh 6 bulan tanpa makanan lain (ASI eklusif), menyusui tanpa jadwal, sesuka bayi (on demand), di luar menyusui jangan memberikan dot/kompeng pada bayi, tapi berikan dengan sendok, penyapihan bertahap meningkatkan frekuensi makanan dan menurunkan frekuensi pemberian ASI.
6.      Keluarga Berencana
Idealnya setelah melahirkan boleh hamil lagi setelah 2 tahun. Pada dasarnya ibu tidak mengalami ovulasi selama menyusui ekslusif atau penuh 6 bulan ibu belum mendapatkan haid (metode amenorhe laktasi). Meskipun setiap metode kontrasepsi beresiko, tetapi menggunakan kontrasepsi jauh lebih aman. Jelaskan pada ibu berbagai macam metode kontrasepsi yang diperbolehkan selama menyusui. Metode hormonal, khususnya oral (estrogen-progesteron) bukanlah pilihan pertama bagi ibu yang menyusui.
2.4.8        Faktor yang mempengaruhi kunjungan masa nifas
Dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat jarang terwujud dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu :
1.      Faktor fisik
Kondisi fisik ibu yang biasanya mengalami keletihan setelah proses persalinan dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk beristirahat, sehingga mereka enggan untuk melakukan kunjungan nifas kecuali bila tenaga kesehatan dalam hal ini bidan yang melakukan pertolongan persalinan datang melakukan kunjungan ke rumah ibu.
2.      Faktor sosial
Kondisi lingkungan dan keluarga juga berpengaruh dimana biasanya ibu setelah melahirkan tidak dianjurkan untuk berpergian sendiri tanpa ada yang menemani sehingga ibu memiliki kesulitan untuk menyesuaikan waktu dengan anggota keluarga yang bersedia untuk mengantar ibu melakukan kunjungan nifas (Yetti Anggraini, 2010 : 6).


3.      Faktor psikis
1)      Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo S, 2007 : 144). Rendahnya pengetahuan seseorang ibu tentang pendidikan kesehatan akan mempengaruhi rendahnya kunjungan ibu nifas ke pelayanan kesehatan.
2)      Pengalaman
Pengalaman ibu yang baru pertama kali melahirkan merupakan hal yang sangat baru sehingga termotifasi untuk melakukan kunjungan nifas ke tenaga kesehatan untuk menanyakan perubahan yang terjadi pada dirinya. Sebaliknya ibu yang sudah melahirkan lebih dari satu memiliki anggapan bahwa dirinya telah berpengalaman dan telah biasa dengan perubahan yang dialami selama masa nifas sehingga malas untuk melakukan kunjungan ke pelayanan kesehatan (Maharani, 2011).
2.4.9        Masalah-masalah yang muncul masa nifas
1.      Perdarahan pasca persalinan
Kebanyakan ibu telah mengetahui bahwa dirinya akan mengeluarkan darah selama masa nifas. Namun, beberapa ibu masih saja khawatir melihat banyaknya darah, terutama ketika alirannya deras & tiba-tiba pada saat bangun tidur pada hari-hari awal setelah melahirkan. Jangan khawatir, karena itu merupakan suatu proses yang normal terjadi. Ibu juga tak perlu khawatir ketika nampaknya jumlah pengeluaran darah sudah berkurang selama satu atau dua hari namun tiba-tiba mengalir lagi dgn deras. Hal tersebut biasanya terjadi karena ibu kecapekan setelah melakukan aktivitas tertentu. Oleh karena itu, ibu perlu segera beristirahat, mengingat kondisinya yang masih lemah.
2.      Infeksi nifas
Selama nifas, ibu akan mengeluarkan cairan yang berasal dari rahim, cairan ini disebut “lokia”. Pada hari pertama & kedua ibu akan mengeluarkan lokia rubra atau lokia kruenta, berupa darah segar bercampur sisa selaput ketuban & lain-lain. Hari berikutnya keluar lokia sanguinolenta, berupa darah bercampur lendir. Setelah satu pekan, keluar lokia serosa yang berwarna kuning & tak mengandung darah. Setelah dua pekan, keluar lokia alba yang hanya berupa cairan putih. Biasanya lokia berbau agak amis. Bila berbau busuk, mungkin terjadi lokiostasis (lokia tak lancar keluar) & infeksi. Salah satu kelainan yang dapat ditemukan setelah melahirkan (selama nifas) adalah “infeksi nifas” atau dlm istilah medis disebut juga “infeksi puerperalis”. Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada saluran genital (kemaluan) yang terjadi setelah melahirkan yang ditandai dgn kenaikan suhu tubuh sampai 38°C atau lebih selama dua hari, terjadi dlm sepuluh hari setelah melahirkan tapi dgn mengecualikan 24 jam pertama.
3.      Perawatan Ibu Setelah Melahirkan
Terkadang seorang wanita sangat memperhatikan kondisi dirinya & janinnya ketika masih mengandung, namun hanya sedikit yang mengerti bahwa perawatan ibu setelah melahirkan juga tak kalah pentingnya. (Avie Andriyani, 2011).


2.5  Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah konsep yang dipakai sebagai landasan berpikir dalam kegiatan ilmu (Nursalam, 2009 : 55).
Pelaksanaan kunjungan nifas
Ibu nifas
Faktor yang mempengaruhi kunjungan nifas :
1.      Faktor fisik
2.      Faktor psikis
3.      Faktor sosial
Tingkat pendidikan :
1.      Dasar
2.      Menengah
3.      Tinggi
Umur :
1.      Remaja akhir (15-19 tahun)
2.      Dewasa awal (20-30 tahun)
3.      Dewasa tengah (31-59 tahun)
Paritas :
1.      Paritas rendah (paritas 1)
2.      Paritas  aman (paritas 2-3)
3.      Paritas tinggi (paritas > 3)
Ada hubungan
Tidak ada hubungan
 












Keterangan :
                        : Diteliti
                        : Tidak diteliti
                        : Berhubungan

Gambar 2.1     Kerangka konseptual hubungan antara tingkat pendidikan, umur dan paritas ibu nifas dengan pelaksanaan kunjungan nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 2013



2.6  Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau pernyataan penelitian (Nursalam, 2009 : 56).
Hipotesis dalam penelitian ini yaitu :
H0  :     Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan, umur dan paritas ibu nifas dengan pelaksanaan kunjungan nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 2013


BAB III
METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas dan diuraikan tentang konsep desain penelitian, kerangka kerja, populasi, sampel dan sampling, identifikasi variabel, definisi operasional, pengumpulan data dan analisa data, etika penelitian dan keterbatasan penelitian.

3.1    Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan kerangka acuan bagi peneliti untuk mengkaji hubungan antar variabel dalam suatu penelitian (Agus, 2011 : 27).
Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian survei analitik adalah suatu penelitian yang mencoba mengetahui mengapa masalah kesehatan tersebut bisa terjadi, kemudian melakukan analisis hubungan antara faktor risiko (faktor yang mempengaruhi efek) dengan faktor efek (faktor yang dipengaruhi oleh risiko) (Agus, 2011 : 28).
Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional merupakan suatu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor risiko (independen) dengan faktor efek (dependen), dimana melakukan observasi atau pengukuran variabel sekali dan sekaligus pada waktu yang sama (Agus, 2011 : 28).

3.2    Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1        Lokasi penelitian
Lokasi penelitian dilakukandi BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro.
3.2.2        Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus tahun 2013.


3.3    Kerangka Kerja (Frame Work)
Kerangka kerja adalah langkah-langkah dalam aktifitas ilmiah, mulai dari penetapan populasi, sampel dan seterusnya, yaitu kegiatan sejak awal dilaksanakan penelitian (Nursalam, 2009 : 55).

Populasi :  Semua ibu nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro bulan Mei-Juli tahun 2013, sebanyak 19 orang

Sampel :   Ibu nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro bulan Mei-Juli tahun 2013, sebanyak 19responden.

Sampling :Non-Probability Sampling denganTotalSampling

Identifikasi variabel

Variabelindependent

Pendidikan, Umur dan Paritas

Variabel dependent

Pelaksanaan kunjungan nifas

Analisa Data Tabel Silang (Cross Tab’)

Interpretasi hasil
Pengolahan data dengan editing, coding,  tabulasi kemudian diprosentasekan
Kesimpulan
Kuesioner 
Observasi data
 














 

 


Gambar 3.1  Kerangka kerja hubungan antara tingkat pendidikan, umur dan paritas ibu nifas dengan pelaksanaan kunjungan nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 2013




3.4    Populasi dan sampel (Subjek Penelitian)
3.4.1        Populasi
Populasi merupakan seluruh subyek atau obyek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti, bukan hanya obyek atau subyek yang dipelajari saja tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki suatu subyek atau obyek tersebut (Hidayat, 2010 : 51).
Populasi dalam penelitian ini adalah Semua ibu nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro bulan Mei-Juli tahun 2013, sebanyak 17 orang.
3.4.2        Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2010 : 51).
Sampel adalah bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2009 : 91).
Sampel dalam penelitian ini adalah Ibu nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro bulan Mei-Juli tahun 2013, sebanyak 17 responden.
3.4.3        Sampling
Sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2010 : 68).
Pada penelitian ini sampling yang digunakan adalah Non-Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2009 : 84). Jenis sampling yang digunakan yaitu totalSamplingadalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang (Sugiyono, 2009 : 85).

3.5    Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain). Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level dari abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian (Nursalam, 2009 : 101).
3.5.1        Variabel Independent
Variabel independent adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain (Nursalam, 2009 : 102). Variabel independent dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan, umur dan paritas ibu nifas.
3.5.2        Variabel Dependent
Variabel dependent adalah variabel yang nilanya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2009 : 102). Variabel dependent dalam penelitian ini adalah pelaksanaan kunjungan nifas.



3.6    Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2009 : 101).

Tabel 3.1 Definisi operasional hubungan antara tingkat pendidikan, umur dan paritas ibu nifas dengan pelaksanaan kunjungan nifas di BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro tahun 2013.

Variabel penelitan
Definisi operasional
Parameter/
indikator
Alat ukur
Skala
Kategori
Variabel independen
1.      Pendidikan





















2.      Umur









3.      Paritas


Tahapan pendidikan yang telah dilalui ibu nifas

















Lamanya waktu hidup yaitu terhitung sejak lahir sampai dengan sekarang



Jumlah kehamilan yang menghasilkan janin hidup atau mati, bukan jumlah janin yang dilahirkan


Tingkat pendidikan :
1.      Pendidikan Dasar : SD, MI /sederajat serta SMP, MTs/sederajat
2.      Pendidikan Menengah :SMA, MA, SMK dan MAK/ sederajat
3.      Pendidikan Tinggi :pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor.

Klasifikasi umur :
1.      Masa remaja akhir (antara umur 15-19 tahun)
2.      Masa dewasa awal (umur 20-30 tahun)
3.      Masa dewasa tengah (umur 31-59 tahun)
Paritas :
1.      Paritas yang rendah (paritas 1)
2.      Paritas aman (Paritas 2-3).
3.      Paritas tinggi (paritas lebih dari 3).


Kuesio-ner




















Kuesio-ner









Kuesio-ner


Ordinal





















Ordinal










Ordinal


Kode pendidikan :
Pendidikan
tinggi  : 3
Pendidikan menengah: 2
Pendidikan
Dasar: 1
Tidak sekolah : 0














Kode umur :
Masa remaja akhir (antara umur 15-19 tahun) kode 1
Masa dewasa awal (umur 20-30 tahun) kode 2
Masa dewasa tengah (umur 31-59 tahun) kode 3
Kriteria paritas :
1.      Paritas Rendah, jika ibu hamil 1 kali.
2.      Paritas Aman, jika ibu hamil 2-3 kali.
3.      Paritas Tinggi, jika ibu hamil  > 3 kali.

Kode :
3 : Paritas rendah
2 : Paritas aman
1 : Paritas tinggi


Variabel dependen
Pelaksanaan kunjungan nifas
Kunjungan yang dilakukan oleh ibu nifas ke tenaga kesehatan (bidan) dalam pemeriksaan dan pemulihan masa nifas
Kunjungan masa nifas yaitu minimal 4 kali kunjungan:
1.      Kunjungan pertama yaitu 6-8 jam pasca-persalinan
2.      Kunjungan kedua yaitu 6 hari pasca-persalinan
3.      Kunjungan ketiga yaitu 2 minggu pasca-persalinan
4.      Kunjungan keempat yaitu 6 minggu pasca-persalinan
Obser-vasi data
Nominal 
Kriteria kunjungan nifas :
1.      Lengkap, jika selama masa nifas ibu berkunjung sebanyak 4 kali.
2.      Tidak lengkap, jika selama masa nifas ibu berkunjung           < 4 kali.

Kode :
Kunjungan nifas lengkap : 2
Kunjungan nifas tidak lengkap : 1

3.7    Pengumpulan Dan Analisa Data
3.7.1        Pengumpulan data
Pengumpulan data adalah sutau proses pendekatan kepada subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, 2009: 115).
1.      Proses pengumpulan data
Setelah mendapatkan rekomendasi dari Direktur Akademi Kesehatan Rajekwesi Bojonegoro, kemudian peneliti meminta ijin kepada kepala BPM Desa Wedoro Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegorountuk mendapatkan ijin penelitian ilmiah. Selanjutnya peneliti melakukan pendekatan kepada responden dengan memberikan penjelasan mengenai tujuan dan manfaat penelitian untuk mendapatkan persetujuan dari responden dengan menggunakan informed consent.
2.      Instrument penelitian
Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode (Arikunto, 2006 : 149). Jenis instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuesioner dan observasi data. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2006 : 151). Observasi data adalah kegiatan pencatatan data yang diperoleh dari pihak lain, badan/intansi yang secara rutin mengumpulkan data (Setiadi, 2007 : 188). Pada variabel independent yaitu tingkat pendidikan, umur dan paritas ibu nifas diperoleh melalui kuesioner. Sedangkan kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertanyaan tertutup. Kuesioner berbentuk pertanyaan tertutup (closed ended question) yaitu jenis multiple choice yaitu pertanyaan yang menyediakan beberapa alternatif jawaban dan responden hanya memilih salah satu diantaranya sesuai dengan pendapatnya  (Notoatmodjo,  2010 : 123). Observasi data digunakan untuk melihat kunjungan nifas yang diketahui melalui pencatatan dari Buku KIA.
3.7.2        Analisa Data
1.      Editing
Langkah ini dilakukan untuk mengantisipasi kesalahan-kesalahan data yang telah dikumpulkan. Juga memonitor jangan sampai terjadi kekosongan data yang dibutuhkan.
2.      Coding
Setiap responden diberi kode sesuai dengan nomor urut. Pada variabel independentyaitu untuk pendidikan ibu nifas, jika pendidikan ibu tinggi diberi kode 3, jika pendidikan ibu menengah diberi kode 2 dan jika pendidikan ibu dasar diberi kode 1. Untuk umur ibu nifas, jika umur ibu nifas tergolong remaja akhir diberi kode 1, jika umur ibu nifas tergolong dewasa awal diberi kode 2 dan jika umur ibu nifas tergolong dewasa tengah diberi kode 3. Untuk paritas ibunifas, jika paritas ibu rendah (paritas 1) diberi kode 1, paritas ibu tinggi (paritas > 3) diberi kode 2 dan paritas ibu aman (paritas 2-3) diberi kode 3. Dan untuk variabel dependentpelaksanaan kunjungan nifas, jika kunjungan nifas ibu lengkap diberi kode 2 dan jika kunjungan nifas ibu tidak lengkap diberi kode 1.
3.      Tabulating
Dari pengolahan data yang dilakukan kemudian dimasukkan dalam tabel distribusi yang dikonfirmasikan dalam bentuk presentase dan narasi kemudian dilakukan tabulasi silang untuk mengetahui hubungan antara variabel independent dan dependent. Dan hasil penelitian didistribusikan ke dalam tabel.
Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan statistika diskriptif karena sampel tidak digeneralisasi. Untuk mengetahui asosiasi atau hubungan antara dua variabel dengan menggunakan tabulasi silang (Cross table) antara variabel independent (Variabel x) dan variabel dependent (variabel y). Mengetahui pengaruh antar variabel dilakukan tabulasi silang, dimana analisis dengan tabulasi silang merupakan metode analisis paling sederhana tapi memiliki kemampuan yang kuat untuk menjelaskan pengaruh antar variabel (Santoso Singgih, 2003 : 99-146).

3.8    Etika Penelitian
Masukan etika dalam penelitian menurut Ahmad Aziz Alimul Hidayat (2009: 82) dapat meliputi :
3.8.1        Informed consent (lembar persetujuan)
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika responden tidak bersedia maka peneliti tidak akan memaksa.


3.8.2        Anonimity (tanpa nama)
Merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lebar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data untuk hasil penelitian yang disajikan.
3.8.3        Confidentiality (kerahasiaan)
Merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti, hanya kelompok dan tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

3 komentar:

  1. permisi kakak..
    bisa di tampilkan gambaran hasil survey penelitiannya?

    BalasHapus
  2. mba bisa lihat contoh pengambilan samplingnya sama kisi-kisi koesionernya?

    BalasHapus